Oleh
Al-Hafizh Al-Imam As-Suyuthi
Diriwayatkan dari Utsman bin Umar, ia berkata : "Datang seorang laki-laki kepada Imam Malik untuk bertanya kepadanya tentang suatu masalah, maka Imam Malik berkata kepada laki-laki itu : 'Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda bagini dan begitu', lalu laki-laki itu berkata : 'Bagaimana pendapatmu ?'. Maka Imam Malik menjawab dengan firman Allah.
"Artinya : Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih". [An-Nuur : 63]
Diriwayatkan dari Ibnu Wahb, ia berkata : Imam Malik mengatakan : "Suatu fatwa yang telah difatwakan kepada manusia maka tak satupun manusia boleh mengatakan : "Mengapa engkau berfatwa seperti ini", melainkan cukup bagi mereka saat itu untuk mengetahui riwayat dan mereka rela dengan riwayat (hadits) itu".
Diriwayatkan dari Ishaq bin Isa, ia berkata : Aku mendengar Malik bin Anas mencela perdebatan dalam perkara agama, ia mengatakan : "Setiap kali datang kepada kami seseorang yang lebih pandai berdebat dari pada orang lain, maka kami membantah dengan apa yang dibawa malaikat Jibril 'Alaihis Salam kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam".
Diriwayatkan dari Ibnu Al-Mubarak, ia berkata : "Hendaknya yang engkau jadikan sandaran adalah atsar, dan ambillah dari fikiran apa yang dapat menafsirkan hadits itu untukmu"..
Diriwayatkan dari Yahya bin Dharis, ia berkata : Aku menyaksikan Sufyan ketika datang kepadanya seorang laki-laki, lalu laki-laki itu berkata : "Apa tuntutanmu kepada Abu Hanifah ?" Sufyan berkata : "Memangnya ada apa dengan dia, sesungguhnya aku telah mendengarnya berkata : "Aku berpegang kepada Kitabullah, jika tidak aku temui, maka aku akan berpegang pada Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Jika tidak ada aku temui dalam Kitabullah dan tidak pula dalam Sunnah Rasul, maka aku berpegang pada pendapat para sahabat beliau, aku akan mengambil pendapat di antara mereka yang aku kehendaki dan aku akan meninggalkan pendapat diantara mereka yang aku hendaki. Sedangkan jika perkara itu berakhir pada Ibrahim, Asy-Sya'bi, Ibnu Sirin, Al-Hasan, Atha, Ibnu Al-Musayyab dan beberapa orang lainnya yang berijtihad maka saya akan berijtihad pula sebagaimana mereka berijtihad".
Diriwayatkan dari Ar-Rabi', ia berkata : Pada suatu hari Imam Syafi'i meriwayatkan suatu hadits, maka berkatalah seorang laki-laki kepadanya : "Apakah engkau berpegang pada ini wahai Abu Abdullah?", maka berkata Imam Syafi'i : "Jika diriwayatkan kepadaku suatu hadits yang shahih dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kemudian aku tidak berpegang kepadanya, maka aku bersaksi kepada kalian bahwa akalku telah hilang".
Diriwayatkan dari Ar-Rabi', ia berkata : Aku mendengar Imam Syafi'i berkata : "Jika kalian dapatkan dalam kitabku (tulisanku) sesuatu yang bertentangan dengan Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam maka berpeganglah kalian kepada Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan tinggalkanlah apa yang telah aku ucapkan".
Diriwayatkan dari Mujtahid, tentang firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.
"Artinya : Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah dan Rasul-(Nya)". [An-Nisaa : 59].
Ia berkata : "Kepada Allah artinya adalah kepada Kitabullah, sedangkan kepada Rasul artinya adalah kepada Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam".
Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dan Ad-Darimi, dari Abu Dzar, ia berkata : "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan kepada kita agar kita tidak dikalahkan dalam memerintahkan kepada kebaikan dan mencegah perbuatan mungkar dan agar kita mengajarkan As-Sunnah kepada mausia".
Diriwayatkan dari Umar bin Khaththab Radhiyallahu 'anhu, ia berkata : "Pelajarilah As-Sunnah, ilmu fara'idh dan ilmu membaca sebagaimana kalian mempelajari Al-Qur'an".
Diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud, bahwa ia berkata : "Wahai menusia sekalian hendaklah kalian mempelajari ilmu itu sebelum ilmu itu diangkat, karena dianggkatnya ilmu adalah dengan dimatikannya para ahli ilmu (para ulama). Jauhilah oleh kalian perbuatan baru (bid'ah), dan hendaklah kalian berpegang pada yang lama (As-Sunnah), karena sesungguhnya pada akhir kehidupan umat ini akan ada golongan-golongan manusia yang mana mereka menduga bahwa mereka menyeru kepada Kitabullah tetapi sebenarnya mereka telah meninggalkan Kitabullah di belakang punggung mereka". [Hadist Riwayat Darimi]
[Disalin dari buku Miftahul Jannah fii Al-Ihtijaj bi As-Sunnah, edisi Indonesia KUNCI SURGA Menjadikan Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam Sebagai Hujjah oleh Al-Hafizh Al-Imam As-Suyuthi terbitan Darul Haq, hal. 108-111 penerjemah Amir Hamzah Fachruddin]
Rabu, 26 Januari 2011
SURAT DARI IBU YANG TERKOYAK HATINYA
Anaku….
Ini surat dari ibu yang tersayat hatinya. Linangan air mata bertetesan deras menyertai tersusunnya tulisan ini. Aku lihat engkau lelaki yang gagah lagi matang. Bacalah surat ini. Dan kau boleh merobek-robeknya setelah itu, seperti saat engkau meremukkan kalbuku sebelumnya.
Sejak dokter mengabari tentang kehamilan, aku berbahagia. Ibu-ibu sangat memahami makna ini dengan baik. Awal kegembiraan dan sekaligus perubahan psikis dan fisik. Sembilan bulan aku mengandungmu. Seluruh aktivitas aku jalani dengan susah payah karena kandunganku. Meski begitu, tidak mengurangi kebahagiaanku. Kesengsaraan yang tiada hentinya, bahkan kematian kulihat didepan mataku saat aku melahirkanmu. Jeritan tangismu meneteskan air mata kegembiraan kami.
Berikutnya, aku layaknya pelayan yang tidak pernah istirahat. Kepenatanku demi kesehatanmu. Kegelisahanku demi kebaikanmu. Harapanku hanya ingin melihat senyum sehatmu dan permintaanmu kepada Ibu untuk membuatkan sesuatu.
Masa remaja pun engkau masuki. Kejantananmu semakin terlihat, Aku pun berikhtiar untuk mencarikan gadis yang akan mendampingi hidupmu. Kemudian tibalah saat engkau menikah. Hatiku sedih atas kepergianmu, namun aku tetap bahagia lantaran engkau menempuh hidup baru.
Seiring perjalanan waktu, aku merasa engkau bukan anakku yang dulu. Hak diriku telah terlupakan. Sudah sekian lama aku tidak bersua, meski melalui telepon. Ibu tidak menuntut macam-macam. Sebulan sekali, jadikanlah ibumu ini sebagai persinggahan, meski hanya beberapa menit saja untuk melihat anakku.
Ibu sekarang sudah sangat lemah. Punggung sudah membungkuk, gemetar sering melecut tubuh dan berbagai penyakit tak bosan-bosan singgah kepadaku. Ibu semakin susah melakukan gerakan.
Anakku…
Seandainya ada yang berbuat baik kepadamu, niscaya ibu akan berterima kasih kepadanya. Sementara Ibu telah sekian lama berbuat baik kepada dirimu. Manakah balasan dan terima kasihmu pada Ibu ? Apakah engkau sudah kehabisan rasa kasihmu pada Ibu ? Ibu bertanya-tanya, dosa apa yang menyebabkan dirimu enggan melihat dan mengunjungi Ibu ? Baiklah, anggap Ibu sebagai pembantu, mana upah Ibu selama ini ?
Anakku..
Ibu hanya ingin melihatmu saja. Lain tidak. Kapan hatimu memelas dan luluh untuk wanita tua yang sudah lemah ini dan dirundung kerinduan, sekaligus duka dan kesedihan ? Ibu tidak tega untuk mengadukan kondisi ini kepada Dzat yang di atas sana. Ibu juga tidak akan menularkan kepedihan ini kepada orang lain. Sebab, ini akan menyeretmu kepada kedurhakaan. Musibah dan hukuman pun akan menimpamu di dunia ini sebelum di akhirat. Ibu tidak akan sampai hati melakukannya,
Anakku…
Walaupun bagaimanapun engkau masih buah hatiku, bunga kehidupan dan cahaya diriku…
Anakku…
Perjalanan tahun akan menumbuhkan uban di kepalamu. Dan balasan berasal dari jenis amalan yang dikerjakan. Nantinya, engkau akan menulis surat kepada keturunanmu dengan linangan air mata seperti yang Ibu alami. Di sisi Allah, kelak akan berhimpun sekian banyak orang-orang yang menggugat.
Anakku..
Takutlah engkau kepada Allah karena kedurhakaanmu kepada Ibu. Sekalah air mataku, ringankanlah beban kesedihanku. Terserahlah kepadamu jika engkau ingin merobek-robek surat ini. Ketahuilah, “Barangsiapa beramal shalih maka itu buat dirinya sendiri. Dan orang yang berbuat jelek, maka itu (juga) menjadi tanggungannya sendiri”.
Anakku…
Ingatlah saat engkau berada di perut ibu. Ingat pula saat persalinan yang sangat menegangkan. Ibu merasa dalam kondisi hidup atau mati. Darah persalinan, itulah nyawa Ibu. Ingatlah saat engkau menyusui. Ingatlah belaian sayag dan kelelahan Ibu saat engkau sakit. Ingatlah ….. Ingatlah…. Karena itu, Allah menegaskan dengan wasiat : “Wahai, Rabbku, sayangilah mereka berdua seperti mereka menyayangiku waktu aku kecil”.
Anakku…
Allah berfirman: “Dan dalam kisah-kisah mereka terdapat pelajaran bagi orang-orang berakal” [Yusuf : 111]
Pandanglah masa teladan dalam Islam, masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam masih hidup, supaya engkau memperoleh potret bakti anak kepada orang tua.
KISAH TELADAN KEPADA ORANG TUA
Sahabat Abu Hurairah sempat gelisah karena ibunya masih dalam jeratan kekufuran. Dalam shahih Muslim disebutkan, dari Abu Hurairah, ia bercerita.
Aku mendakwahi ibuku agar masuk Islam. Suatu hari aku mengajaknya untuk masuk Islam, tetapi dia malah mengeluarkan pernyataan tentang Nabi yang aku benci. Aku (pun) menemui Rasulullah dalam keadaan menangis. Aku mengadu.
“Wahai Rasulullah, aku telah membujuk ibuku untuk masuk Islam, namun dia menolakku. Hari ini, dia berkomentar tentang dirimu yang aku benci. Mohonlah kepada Allah supaya memberi hidayah ibu Abu Hurairah”. Rasulullah bersabda : “Ya, Allah. Tunjukilah ibu Abu Hurairah”. Aku keluar dengan hati riang karena do’a Nabi. Ketika aku pulang dan mendekati pintu, maka ternyata pintu terbuka. Ibuku mendengar kakiku dan berkata : “Tetap di situ Abu Hurairah”. Aku mendengar kucuran air. Ibu-ku sedang mandi dan kemudian mengenakan pakaiannya serta menutup wajahnya, dan kemudian membuka pintu. Dan ia berkata : “Wahai, Abu Hurairah ! Asyhadu an Laa Ilaaha Illa Allah wa Asyhadu Anna Muhammadan Abduhu wa Rasuluhu”. Aku kembali ke tempat Rasulullah dengan menangis gembira. Aku berkata, “Wahai, Rasulullah, Bergembiralah. Allah telah mengabulkan do’amu dan menunjuki ibuku”. Maka beliau memuji Allah dan menyanjungNya serta berkomentar baik” [Hadits Riwayat Muslim]
Ibnu Umar pernah melihat lelaki menggendong ibunya dalam thawaf. Ia bertanya : “Apakah ini sudah melunasi jasanya (padaku) wahai Ibnu Umar?” Beliau menjawab : “Tidak, meski hanya satu jeritan kesakitan (saat persalinan)”.
Zainal Abidin, adalah seorang yang terkenal baktinya kepada ibu. Orang-orang keheranan kepadanya (dan berkata) : “Engkau adalah orang yang paling berbakti kepada ibu. Mengapa kami tidak pernah melihatmu makan berdua dengannya dalam satu talam”? Ia menjawab,”Aku khawatir tanganku mengambil sesuatu yang dilirik matanya, sehingga aku durhaka kepadanya”.
Sebelumnya, kisah yang lebih mengharukan terjadi pada diri Uwais Al-Qarni, orang yang sudah beriman pada masa Nabi, sudah berangan-angan untuk berhijrah ke Madinah untuk bertemu dengan Nabi. Namun perhatiannya kepada ibunya telah menunda tekadnya berhijrah. Ia ingin bisa meraih surga dan berteman dengan Nabi dengan baktinya kepada ibu, kendatipun harus kehilangan kemuliaan menjadi sahabat Beliau di dunia.
Dalam shahih Muslim, dari Usair bin Jabir, ia berkata : Bila rombongan dari Yaman datang, Umar bin Khaththab bertanya kepada mereka : “Apakah Uwais bin Amir bersama kalian ?” sampai akhirnya menemui Uwais. Umar bertanya, “Engkau Uwais bin Amir?” Ia menjawa,”Benar”. Umar bertanya, “Engkau dari Murad kemudian beralih ke Qarn?” Ia menjawab, “Benar”. Umar bertanya, “Engkau punya ibu?”. Ia menjawab, “Benar”. Umar (pun) mulai bercerita, “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Akan datang pada kalian Uwais bin Amir bersama rombongan penduduk Yaman yang berasal dari Murad dan kemudian dari Qarn. Ia pernah tertimpa lepra dan sembuh total, kecuali kulit yang sebesar logam dirham. Ia mempunyai ibu yang sangat dihormatinya. Seandainya ia bersumpah atas nama Allah, niscaya aku hormati sumpahnya. Mintalah ia beristighfar untukmu jika bertemu”.
(Umar berkata), “Tolong mintakan ampun (kepada Allah) untukku”. Maka ia memohonkan ampunan untukku. Umar bertanya, “Kemana engkau akan pergi?”. Ia menjawab, “Kufah”. Umar berkata, “Maukah engkau jika aku menulis (rekomendasi) untukmu ke gubernurnya (Kufah)?” Ia menjawab, “Aku lebih suka bersama orang yang tidak dikenal”.
Kisah lainnya tentang bakti kepada ibu, yaitu Abdullah bin Aun pernah memanggil ibunya dengan suara keras, maka ia memerdekakan dua budak sebagai tanda penyesalannya.
KISAH KEDURHAKAAN KEPADA ORANG TUA
Diceritakan ada lelaki yang sangat durhaka kepada sang ayah sampai tega menyeret ayahnya ke pintu depan untuk mengusirnya dari rumah. Sang ayah ini dikarunia anak yang lebih durhaka darinya. Anak itu menyeret bapaknya sampai kejalanan untuk mengusirnya dari rumahnya. Maka sang bapak berkata : “Cukup… Dulu aku hanya menyeret ayahku sampai pintu depan”. Sang anak menimpali : “Itulah balasanmu. Adapun tembahan ini sebagai sedekh dariku!”.
Kisah pedih lainnya, seorang Ibu yang mengisahkan kesedihannya : “Suatu hari istri anakku meminta suaminya (anakku) agar menempatkanku di ruangan yang terpisah, berada di luar rumah. Tanpa ragu-ragu, anakku menyetujuinya. Saat musim dingin yang sangat menusuk, aku berusaha masuk ke dalam rumah, tapi pintu-pintu terkunci rapat. Rasa dingin pun menusuk tubuhku. Kondisiku semakin buruk. Anakku ingin membawaku kesuatu tempat. Perkiraanku ke rumah sakit, tetapi ternyata ia mencampakkanku ke panti jompo. Dan setelah itu tidak pernah lagu menemuiku”
Sebagai penutup, kita harus memahami bahwa bakti kepada orang tua merupakan jalan lempang dan mulia yang mengantarkan seorang anak menuju surga Allah. Sebaliknya, kedurhakaan kepada mereka, bisa menyeret sang anak menuju lembah kehinaan, neraka.
Hati-hatilah, durhaka kepada orang tua, dosanya besar dan balasannya menyakitkan. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Akan terhina, akan terhina dan akan terhina!” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullahj, siapakah gerangan ?” Beliau bersabda, “Orang yang mendapati orang tuanya, atau salah satunya pada hari tuanya, namun ia (tetap) masuk neraka” [Hadits Riwayat Muslim]
[Diadaptasi dari Idatush Shabirin, oleh Abdullah bin Ibrahim Al-Qa’rawi dan Ilzam Rijlaha Fatsamma Al-Jannah, oleh Shalihj bin Rasyid Al-Huwaimil]
[Disalin dari Majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun VIII/1425/2005M. Penerbiit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km 8 Selokaton Gondangrejo – Solo 57183]
Ini surat dari ibu yang tersayat hatinya. Linangan air mata bertetesan deras menyertai tersusunnya tulisan ini. Aku lihat engkau lelaki yang gagah lagi matang. Bacalah surat ini. Dan kau boleh merobek-robeknya setelah itu, seperti saat engkau meremukkan kalbuku sebelumnya.
Sejak dokter mengabari tentang kehamilan, aku berbahagia. Ibu-ibu sangat memahami makna ini dengan baik. Awal kegembiraan dan sekaligus perubahan psikis dan fisik. Sembilan bulan aku mengandungmu. Seluruh aktivitas aku jalani dengan susah payah karena kandunganku. Meski begitu, tidak mengurangi kebahagiaanku. Kesengsaraan yang tiada hentinya, bahkan kematian kulihat didepan mataku saat aku melahirkanmu. Jeritan tangismu meneteskan air mata kegembiraan kami.
Berikutnya, aku layaknya pelayan yang tidak pernah istirahat. Kepenatanku demi kesehatanmu. Kegelisahanku demi kebaikanmu. Harapanku hanya ingin melihat senyum sehatmu dan permintaanmu kepada Ibu untuk membuatkan sesuatu.
Masa remaja pun engkau masuki. Kejantananmu semakin terlihat, Aku pun berikhtiar untuk mencarikan gadis yang akan mendampingi hidupmu. Kemudian tibalah saat engkau menikah. Hatiku sedih atas kepergianmu, namun aku tetap bahagia lantaran engkau menempuh hidup baru.
Seiring perjalanan waktu, aku merasa engkau bukan anakku yang dulu. Hak diriku telah terlupakan. Sudah sekian lama aku tidak bersua, meski melalui telepon. Ibu tidak menuntut macam-macam. Sebulan sekali, jadikanlah ibumu ini sebagai persinggahan, meski hanya beberapa menit saja untuk melihat anakku.
Ibu sekarang sudah sangat lemah. Punggung sudah membungkuk, gemetar sering melecut tubuh dan berbagai penyakit tak bosan-bosan singgah kepadaku. Ibu semakin susah melakukan gerakan.
Anakku…
Seandainya ada yang berbuat baik kepadamu, niscaya ibu akan berterima kasih kepadanya. Sementara Ibu telah sekian lama berbuat baik kepada dirimu. Manakah balasan dan terima kasihmu pada Ibu ? Apakah engkau sudah kehabisan rasa kasihmu pada Ibu ? Ibu bertanya-tanya, dosa apa yang menyebabkan dirimu enggan melihat dan mengunjungi Ibu ? Baiklah, anggap Ibu sebagai pembantu, mana upah Ibu selama ini ?
Anakku..
Ibu hanya ingin melihatmu saja. Lain tidak. Kapan hatimu memelas dan luluh untuk wanita tua yang sudah lemah ini dan dirundung kerinduan, sekaligus duka dan kesedihan ? Ibu tidak tega untuk mengadukan kondisi ini kepada Dzat yang di atas sana. Ibu juga tidak akan menularkan kepedihan ini kepada orang lain. Sebab, ini akan menyeretmu kepada kedurhakaan. Musibah dan hukuman pun akan menimpamu di dunia ini sebelum di akhirat. Ibu tidak akan sampai hati melakukannya,
Anakku…
Walaupun bagaimanapun engkau masih buah hatiku, bunga kehidupan dan cahaya diriku…
Anakku…
Perjalanan tahun akan menumbuhkan uban di kepalamu. Dan balasan berasal dari jenis amalan yang dikerjakan. Nantinya, engkau akan menulis surat kepada keturunanmu dengan linangan air mata seperti yang Ibu alami. Di sisi Allah, kelak akan berhimpun sekian banyak orang-orang yang menggugat.
Anakku..
Takutlah engkau kepada Allah karena kedurhakaanmu kepada Ibu. Sekalah air mataku, ringankanlah beban kesedihanku. Terserahlah kepadamu jika engkau ingin merobek-robek surat ini. Ketahuilah, “Barangsiapa beramal shalih maka itu buat dirinya sendiri. Dan orang yang berbuat jelek, maka itu (juga) menjadi tanggungannya sendiri”.
Anakku…
Ingatlah saat engkau berada di perut ibu. Ingat pula saat persalinan yang sangat menegangkan. Ibu merasa dalam kondisi hidup atau mati. Darah persalinan, itulah nyawa Ibu. Ingatlah saat engkau menyusui. Ingatlah belaian sayag dan kelelahan Ibu saat engkau sakit. Ingatlah ….. Ingatlah…. Karena itu, Allah menegaskan dengan wasiat : “Wahai, Rabbku, sayangilah mereka berdua seperti mereka menyayangiku waktu aku kecil”.
Anakku…
Allah berfirman: “Dan dalam kisah-kisah mereka terdapat pelajaran bagi orang-orang berakal” [Yusuf : 111]
Pandanglah masa teladan dalam Islam, masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam masih hidup, supaya engkau memperoleh potret bakti anak kepada orang tua.
KISAH TELADAN KEPADA ORANG TUA
Sahabat Abu Hurairah sempat gelisah karena ibunya masih dalam jeratan kekufuran. Dalam shahih Muslim disebutkan, dari Abu Hurairah, ia bercerita.
Aku mendakwahi ibuku agar masuk Islam. Suatu hari aku mengajaknya untuk masuk Islam, tetapi dia malah mengeluarkan pernyataan tentang Nabi yang aku benci. Aku (pun) menemui Rasulullah dalam keadaan menangis. Aku mengadu.
“Wahai Rasulullah, aku telah membujuk ibuku untuk masuk Islam, namun dia menolakku. Hari ini, dia berkomentar tentang dirimu yang aku benci. Mohonlah kepada Allah supaya memberi hidayah ibu Abu Hurairah”. Rasulullah bersabda : “Ya, Allah. Tunjukilah ibu Abu Hurairah”. Aku keluar dengan hati riang karena do’a Nabi. Ketika aku pulang dan mendekati pintu, maka ternyata pintu terbuka. Ibuku mendengar kakiku dan berkata : “Tetap di situ Abu Hurairah”. Aku mendengar kucuran air. Ibu-ku sedang mandi dan kemudian mengenakan pakaiannya serta menutup wajahnya, dan kemudian membuka pintu. Dan ia berkata : “Wahai, Abu Hurairah ! Asyhadu an Laa Ilaaha Illa Allah wa Asyhadu Anna Muhammadan Abduhu wa Rasuluhu”. Aku kembali ke tempat Rasulullah dengan menangis gembira. Aku berkata, “Wahai, Rasulullah, Bergembiralah. Allah telah mengabulkan do’amu dan menunjuki ibuku”. Maka beliau memuji Allah dan menyanjungNya serta berkomentar baik” [Hadits Riwayat Muslim]
Ibnu Umar pernah melihat lelaki menggendong ibunya dalam thawaf. Ia bertanya : “Apakah ini sudah melunasi jasanya (padaku) wahai Ibnu Umar?” Beliau menjawab : “Tidak, meski hanya satu jeritan kesakitan (saat persalinan)”.
Zainal Abidin, adalah seorang yang terkenal baktinya kepada ibu. Orang-orang keheranan kepadanya (dan berkata) : “Engkau adalah orang yang paling berbakti kepada ibu. Mengapa kami tidak pernah melihatmu makan berdua dengannya dalam satu talam”? Ia menjawab,”Aku khawatir tanganku mengambil sesuatu yang dilirik matanya, sehingga aku durhaka kepadanya”.
Sebelumnya, kisah yang lebih mengharukan terjadi pada diri Uwais Al-Qarni, orang yang sudah beriman pada masa Nabi, sudah berangan-angan untuk berhijrah ke Madinah untuk bertemu dengan Nabi. Namun perhatiannya kepada ibunya telah menunda tekadnya berhijrah. Ia ingin bisa meraih surga dan berteman dengan Nabi dengan baktinya kepada ibu, kendatipun harus kehilangan kemuliaan menjadi sahabat Beliau di dunia.
Dalam shahih Muslim, dari Usair bin Jabir, ia berkata : Bila rombongan dari Yaman datang, Umar bin Khaththab bertanya kepada mereka : “Apakah Uwais bin Amir bersama kalian ?” sampai akhirnya menemui Uwais. Umar bertanya, “Engkau Uwais bin Amir?” Ia menjawa,”Benar”. Umar bertanya, “Engkau dari Murad kemudian beralih ke Qarn?” Ia menjawab, “Benar”. Umar bertanya, “Engkau punya ibu?”. Ia menjawab, “Benar”. Umar (pun) mulai bercerita, “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Akan datang pada kalian Uwais bin Amir bersama rombongan penduduk Yaman yang berasal dari Murad dan kemudian dari Qarn. Ia pernah tertimpa lepra dan sembuh total, kecuali kulit yang sebesar logam dirham. Ia mempunyai ibu yang sangat dihormatinya. Seandainya ia bersumpah atas nama Allah, niscaya aku hormati sumpahnya. Mintalah ia beristighfar untukmu jika bertemu”.
(Umar berkata), “Tolong mintakan ampun (kepada Allah) untukku”. Maka ia memohonkan ampunan untukku. Umar bertanya, “Kemana engkau akan pergi?”. Ia menjawab, “Kufah”. Umar berkata, “Maukah engkau jika aku menulis (rekomendasi) untukmu ke gubernurnya (Kufah)?” Ia menjawab, “Aku lebih suka bersama orang yang tidak dikenal”.
Kisah lainnya tentang bakti kepada ibu, yaitu Abdullah bin Aun pernah memanggil ibunya dengan suara keras, maka ia memerdekakan dua budak sebagai tanda penyesalannya.
KISAH KEDURHAKAAN KEPADA ORANG TUA
Diceritakan ada lelaki yang sangat durhaka kepada sang ayah sampai tega menyeret ayahnya ke pintu depan untuk mengusirnya dari rumah. Sang ayah ini dikarunia anak yang lebih durhaka darinya. Anak itu menyeret bapaknya sampai kejalanan untuk mengusirnya dari rumahnya. Maka sang bapak berkata : “Cukup… Dulu aku hanya menyeret ayahku sampai pintu depan”. Sang anak menimpali : “Itulah balasanmu. Adapun tembahan ini sebagai sedekh dariku!”.
Kisah pedih lainnya, seorang Ibu yang mengisahkan kesedihannya : “Suatu hari istri anakku meminta suaminya (anakku) agar menempatkanku di ruangan yang terpisah, berada di luar rumah. Tanpa ragu-ragu, anakku menyetujuinya. Saat musim dingin yang sangat menusuk, aku berusaha masuk ke dalam rumah, tapi pintu-pintu terkunci rapat. Rasa dingin pun menusuk tubuhku. Kondisiku semakin buruk. Anakku ingin membawaku kesuatu tempat. Perkiraanku ke rumah sakit, tetapi ternyata ia mencampakkanku ke panti jompo. Dan setelah itu tidak pernah lagu menemuiku”
Sebagai penutup, kita harus memahami bahwa bakti kepada orang tua merupakan jalan lempang dan mulia yang mengantarkan seorang anak menuju surga Allah. Sebaliknya, kedurhakaan kepada mereka, bisa menyeret sang anak menuju lembah kehinaan, neraka.
Hati-hatilah, durhaka kepada orang tua, dosanya besar dan balasannya menyakitkan. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Akan terhina, akan terhina dan akan terhina!” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullahj, siapakah gerangan ?” Beliau bersabda, “Orang yang mendapati orang tuanya, atau salah satunya pada hari tuanya, namun ia (tetap) masuk neraka” [Hadits Riwayat Muslim]
[Diadaptasi dari Idatush Shabirin, oleh Abdullah bin Ibrahim Al-Qa’rawi dan Ilzam Rijlaha Fatsamma Al-Jannah, oleh Shalihj bin Rasyid Al-Huwaimil]
[Disalin dari Majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun VIII/1425/2005M. Penerbiit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km 8 Selokaton Gondangrejo – Solo 57183]
Penuntut Ilmu Tidak Boleh Futur, Tidak Boleh Putus Asa Dan Waspada Terhadap Bosan
Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
Seorang penuntut ilmu tidak boleh futur dalam usahanya untuk memperoleh dan mengamalkan ilmu. Futur yaitu rasa malas, enggan, dan lamban dimana sebelumnya ia rajin, bersungguh-sungguh, dan penuh semangat.
Futur adalah satu penyakit yang sering menyerang sebagian ahli ibadah, para da’i, dan penuntut ilmu. Sehingga seseorang menjadi lemah dan malas, bahkan terkadang berhenti sama sekali dari melakukan aktivitas kebaikan.
Orang yang terkena penyakit futur ini berada pada tiga golongan, yaitu:
1). Golongan yang berhenti sama sekali dari aktivitasnya dengan sebab futur, dan golongan ini banyak sekali.
2). Golongan yang terus dalam kemalasan dan patah semangat, namun tidak sampai berhenti sama sekali dari aktivitasnya, dan golongan ini lebih banyak lagi.
3). Golongan yang kembali pada keadaan semula, dan golongan ini sangat sedikit. [1]
Futur memiliki banyak dan bermacam-macam sebab. Apabila seorang muslim selamat dari sebagiannya, maka sedikit sekali kemungkinan selamat dari yang lainnya. Sebab-sebab ini sebagiannya ada yang bersifat umum dan ada yang bersifat khusus.
Di antara sebab-sebab itu adalah.
1). Hilangnya keikhlasan.
2). Lemahnya ilmu syar’i.
3). Ketergantungan hati kepada dunia dan melupakan akhirat.
4). Fitnah (cobaan) berupa isteri dan anak.
5). Hidup di tengah masyarakat yang rusak.
6). Berteman dengan orang-orang yang memiliki keinginan yang lemah dan cita-cita duniawi.
7). Melakukan dosa dan maksiyat serta memakan yang haram.
8). Tidak mempunyai tujuan yang jelas (baik dalam menuntut ilmu maupun berdakwah).
9). Lemahnya iman.
10). Menyendiri (tidak mau berjama’ah).
11). Lemahnya pendidikan. [2]
Futur adalah penyakit yang sangat ganas, namun tidaklah Allah menurunkan penyakit melainkan Dia pun menurunkan obatnya. Akan mengetahuinya orang-orang yang mau mengetahuinya, dan tidak akan mengetahuinya orang-orang yang enggan mengetahuinya.
Di antara obat penyakit futur adalah.
1). Memperbaharui keimanan.
Yaitu dengan mentauhidkan Allah dan memohon kepada-Nya agar ditambah keimanan, serta memperbanyak ibadah, menjaga shalat wajib yang lima waktu dengan berjama’ah, mengerjakan shalat-shalat sunnah rawatib, melakukan shalat Tahajjud dan Witir. Begitu juga dengan bersedekah, silaturahmi, birrul walidain, dan selainnya dari amal-amal ketaatan.
2). Merasa selalu diawasi Allah Ta’ala dan banyak berdzikir kepada-Nya.
3). Ikhlas dan takwa.
4). Mensucikan hati (dari kotoran syirik, bid’ah dan maksiyat).
5). Menuntut ilmu, tekun menghadiri pelajaran, majelis taklim, muhadharah ilmiyyah, dan daurah-daurah syar’iyyah.
6). Mengatur waktu dan mengintrospeksi diri.
7). Mencari teman yang baik (shalih).
8). Memperbanyak mengingat kematian dan takut terhadap suul khatimah (akhir kehidupan yang jelek).
9). Sabar dan belajar untuk sabar.
10). Berdo’a dan memohon pertologan Allah. [3]
PENUNTUT ILMU TIDAK BOLEH PUTUS ASA DALAM MENUNTUT ILMU DAN WASPADA TERHADAP BOSAN
Sebab, bosan adalah penyakit yang mematikan, membunuh cita-cita seseorang sebesar sifat bosan yang ada pada dirinya. Setiap kali orang itu menyerah terhadap kebosanan, maka ilmunya akan semakin berkurang. Terkadang sebagian kita berkata dengan tingkah lakunya, bahkan dengan lisannya, “Saya telah pergi ke banyak majelis ilmu, namun saya tidak bisa mengambil manfaat kecuali sedikit.”
Ingatlah wahai saudaraku, kehadiran Anda dalam majelis ilmu cukup membuat Anda mendapatkan pahala. Bagaimana jika Anda mengumpulkan antara pahala dan manfaat? Oleh karena itu, janganlah putus asa. Ketahuilah, ada beberapa orang yang jika saya ceritakan kisah mereka, maka Anda akan terheran-heran. Di antaranya, pengarang kitab Dzail Thabaqaat al-Hanabilah. Ketika menulis biografi, ia menyebutkan banyak cerita unik beberapa orang ketika mereka menuntut ilmu.
‘Abdurrahman bin an-Nafis -salah seorang ulama madzhab Hanbali- dulunya adalah seorang penyanyi. Ia mempunyai suara yang bagus, lalu ia bertaubat dari kemunkaran ini. Ia pun menuntut ilmu dan ia menghafal kitab al-Haraqi, salah satu kitab madzhab Hanbali yang terkenal. Lihatlah bagaimana keadaannya semula. Ketika ia jujur dalam taubatnya, apa yang ia dapatkan?
Demikian pula dengan ‘Abdullah bin Abil Hasan al-Jubba’i. Dahulunya ia seorang Nashrani. Kelurganya juga Nashrani bahkan ayahnya pendeta orang-orang Nashrani sangat mengagungkan mereka. Akhirnya ia masuk Islam, menghafal Al-Qur-an dan menuntut ilmu. Sebagian orang yang sempat melihatnya berkata, “Ia mempunyai pengaruh dan kemuliaan di kota Baghdad.”
Demikian juga dengan Nashiruddin Ahmad bin ‘Abdis Salam. Dahulu ia adalah seorang penyamun (perampok). Ia menceritakan tentang kisah taubatnya dirinya: Suatu hari ketika tengah menghadang orang yang lewat, ia duduk di bawah pohon kurma atau di bawah pagar kurma. Lalu melihat burung berpindah dari pohon kurma dengan teratur. Ia merasa heran lalu memanjat ke salah satu pohon kurma itu. Ia melihat ular yang sudah buta dan burung tersebut melemparkan makanan untuknya. Ia merasa heran dengan apa yang dilihat, lalu ia pun taubat dari dosanya. Kemudian ia menuntut ilmu dan banyak mendengar dari para ulama. Banyak juga dari mereka yang mendengar pelajarannya.
Inilah sosok-sosok yang dahulunya adalah seorang penyamun, penyanyi dan ada pula yang Nashrani. Walau demikian, mereka menjadi pemuka ulama, sosok mereka diacungi jempol dan amal mereka disebut-sebut setelah mereka meninggal.
Jangan putus asa, berusahalah dengan sungguh-sungguh, mohonlah pertolongan kepada Allah dan jangan lemah. Walaupun Anda pada hari ini belum mendapatkan ilmu, maka curahkanlah terus usahamu di hari kedua, ketiga, keempat,.... setahun, dua tahun, dan seterusnya...[4]
Seorang penuntut ilmu tidak boleh terburu-buru dalam meraih ilmu syar’i. Menuntut ilmu syar’i tidak bisa kilat atau dikursuskan dalam waktu singkat. Harus diingat, bahwa perjalanan dalam menuntut ilmu adalah panjang dan lama, oleh karena itu wajib sabar dan selalu memohon pertolongan kepada Allah agar tetap istiqamah dalam kebenaran.
[Disalin dari buku Menuntut Ilmu Jalan Menuju Surga “Panduan Menuntut Ilmu”, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa, PO BOX 264 – Bogor 16001 Jawa Barat – Indonesia, Cetakan Pertama Rabi’uts Tsani 1428H/April 2007M]
__________
Foote Notes
[1]. Lihat al-Futur Mazhaahiruhu wa Asbaabuhu wal ‘Ilaaj (hal. 22).
[2]. Lihat al-Futur Mazhaahiruhu wa Asbaabuhu wal ‘Ilaaj (hal. 43-71).
[3]. Ibid (hal. 88-119) dengan diringkas.
[4]. Ma’aalim fii Thariiq Thalabil ‘Ilmi (hal. 278-279
KEWAJIBAN ITTIBA' KEPADA RASULULLAH SHALLALLAHU 'ALAIHI WA SALLAM
Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
Agama Islam yang mulia ini dibangun di atas dua prinsip.
Pertama : Kita tidak boleh beribadah, melainkan hanya kepada Allah saja dan tidak mempersekutukanNya dengan sesuatu apapun.
Allah berirman :
قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَىٰ كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِّن دُونِ اللَّهِ ۚ فَإِن تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ
Katakanlah : “Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun, dan tidak (pula) sebagian menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah”. Jika mereka berpaling, maka katakanlah kepada mereka : “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”. [Ali Imran : 64].
Dalam ayat ini, Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk menyampaikan kepada Ahlul Kitab :
1. Agar mereka kembali kepada kalimat yang sama. Di dalam Taurat dan Injil, manusia diperintahkan untuk beribadah hanya kepada Allah saja, tidak kepada yang lain. Inilah kalimat yang sama, yang dibawa dan diserukan oleh seluruh nabi dan rasul yang Allah utus ke muka bumi ini, yaitu mentauhidkan Allah.
2. Kita tidak boleh mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun juga. Para nabi, mulai dari Nuh hingga Muhammad, dari Adam hingga Muhammad, semua mengajarkan kepada tauhid dan melarang dari perbuatan syirik. Allah Azza wa Jalla berfirman :
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ ۖ فَمِنْهُم مَّنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُم مَّنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلَالَةُ ۚ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ
Dan sesungguhnya kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu," maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah, bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)”. [an Nahl : 36].
وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ
Dan tidak Kami utus kepada kalian seorang rasul, kecuali Kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada ilah yang wajib diibadahi dengan benar kecuali hanya Aku, maka sembahlah Aku. [al Anbiyaa’: 25].
3. Tidak boleh pula, sebagian menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling, maka katakanlah kepada mereka : “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang Islam”. Dalam ayat yang lain disebutkan :
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا
Dan Rabb-mu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia, dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya, atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah", dan janganlah kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. [al Isra` : 23].
Kedua : Kita tidak boleh beribadah melainkan dengan apa yang telah Allah syariatkan di dalam kitabNya, atau yang telah disyariatkan dalam Sunnah NabiNya yang terpelihara, tidak dengan bid’ah dan tidak dengan hawa nafsu.
Allah berfirman:
وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya. [al Hasyr : 7]. [1]
Ayat-ayat al Qur`an yang menjelaskan tentang wajibnya ittiba’ kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sangatlah banyak. Menurut Imam Ahmad, ada 33 ayat. Sedangkan menurut Ibnu Taimiyah dalam Majmu Fatawa (XIX/83), bahwa Allah telah mewajibkan taat kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pada sekitar 40 ayat dalam a Qur`an.
Kita perlu membahas masalah ittiba’ karena masalah ini sangat penting, sudah banyak dilalaikan (diabaikan) oleh kaum Muslimin dan juga oleh para da’i. Baik ittiba’ dalam masalah aqidah, syariah (ibadah), akhlaq, dakwah, siyasah syar’iyyah, maupun yang lainnya. Karena dengan ittiba’, Allah menjamin kebahagiaan, kemenangan dan surga. Allah akan menjadikan kebinasaan, kehinaan, kerendahan, kehancuran bagi orang-orang yang tidak ittiba’ kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Ayat-ayat mulia dalam al Qur`an al Azhim yang berkenaan dengan ittiba`, di antaranya :
1. Allah Azza wa Jalla berfirman:
قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
Katakanlah : "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. [ali Imran : 31].
Imam Ibnu Katsir rahimahullah (wafat th. 774 H) berkata,”Ayat ini sebagai pemutus hukum bagi setiap orang yang mengaku mencintai Allah namun tidak mau menempuh jalan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, maka orang tersebut dusta dalam pengakuannya, sampai dia mengikuti syari’at dan agama yang dibawa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam semua ucapan dan perbuatannya. Sebagaimana terdapat dalam Shahih Bukhari dan Muslim, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
Barangsiapa yang beramal tanpa adanya tuntunan dari kami, maka amalan tersebut tertolak.[2]
Karena itu Allah berfirman “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosamu”. Kalian akan mendapatkan apa yang kalian minta, dari kecintaan kalian kepadaNya, yaitu kecintaan Allah kepada kalian, dan ini lebih besar daripada yang pertama, sebagaimana yang diucapkan oleh para ulama. Yang penting adalah, bukan bagaimana kalian mencintai, akan tetapi bagaimana kalian dicintai oleh Allah.
Yang pertama kita mencintai Allah dan yang kedua Allah mencintai kita. Menurut al Hafizh Ibnu Katsir, bahwa Allah mencintai kita itulah yang paling besar, bagaimana supaya kita bisa dicintai oleh Allah. Setiap kita bisa mencintai, namun tidak setiap kita bisa dicintai. Syarat untuk dapat dicintai oleh Allah adalah dengan ittiba` kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Imam Hasan Basri dan ulama salaf lainnya mengatakan, sebagian manusia mengatakan mencintai Allah, maka Allah menguji mereka dengan ayat ini. Orang-orang munafik mengucapkan cinta kepada Allah dan RasulNya, namun hatinya tidak demikian, karena mereka tidak mengikuti Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. [Tafsir Ibnu Katsir, I/384, Cet. Daarus Salaam, Th. 1413 H].
Ayat ini mengandung fadhilah (keutamaan) jika kita mengikuti Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Yaitu Allah akan mencintai kita, dan Allah akan mengampuni dosa-dosa kita.
2. Allah Azza wa Jalla berfirman:
قُلْ أَطِيعُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ ۖ فَإِن تَوَلَّوْا فَإِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْكَافِرِينَ
Katakanlah : “Taatilah Allah dan RasulNya. Jika kalian berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang yang kafir’’. [Ali Imran : 32].
Ayat ini mengandung makna, jika seseorang menyalahi perintah RasulNya atau tidak berittiba’ kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, maka dia telah kufur; dan Allah tidak menyukai orang yang memiliki sifat demikian, meskipun dia mengaku dan mendakwahkan kecintaannya kepada Allah, sampai ia mengikuti Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Seluruh jin dan manusia wajib untuk ittiba` kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, hingga seandainya Nabi Musa ditakdirkan hidup pada zaman Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, maka dia pun wajib ittiba’ kepada Nabi Muhammad. Demikian juga dengan Nabi Isa ketika turun ke bumi pada akhir zaman nanti, maka Nabi Isa wajib ittiba` kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Demikian ini menunjukkan, bahwa seluruh manusia wajib ittiba’ kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Katsir,”Dan Rasulullah n diutus untuk seluruh makhlukNya, baik golongan jin dan manusia. Kalau seandainya seluruh nabi dan rasul, bahkan seluruh Ulul ’Azmi dari para rasul, mereka hidup pada zaman Rasulullah n, maka mereka wajib ittiba’ kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, mengikuti syariat beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam.” [Tafsir Ibnu Katsir, I/384].
Sebagaimana yang terjadi pada zaman Umar bin Khaththab, ketika itu beliau Radhiyallahu 'anhu memegang dan membaca lembaran Taurat, maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
أَمُتَهَوِّكُوْنَ فِيْهَا يَا ابْنَ الْخَطَّابِ ؟ وَ الَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ ، لَقَدْ جِئْتُكُمْ بِهَا بَيْضَاءَ نَقِيَّةًً ، لاَ تَسْأَلُوْهُمْ عَنْ شَيْءٍ فَيُخْبِرُوْكُمْ بِحَقٍّ فَتُكَذِّبُوْا بِهِ ، أَوْ بِبَاطِلٍ فَتُصَدِّقُوْا بِهِ ، وَ الَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ ، لَوْ أَنَّ مُوْسَى كَانَ حَيّاً مَا وَسِعَهُ إِلاَّأَنْ يَتَّبِعَنِيْ
“Apakah engkau merasa ragu, wahai Umar bin Khaththab? Demi yang diri Muhammad ada di tangan Allah, sungguh aku telah membawa kepada kalian agama ini dalam keadaan putih bersih. Janganlah kalian tanya kepada mereka tentang sesuatu, sebab nanti mereka kabarkan yang benar, namun kalian mendustakan. Atau mereka kabarkan yang bathil, kalian membenarkannya. Demi yang diri Muhammad berada di tanganNya, seandainya Nabi Musa itu hidup, maka tidak boleh bagi dia, melainkan harus mengikuti aku”. [HR Ahmad, III/387; ad Darimi, I/115; dan Ibnu Abi ‘Ashim dalam Kitabus Sunnah, no. 50, dari sahabat Jabir bin Abdillah. Dan lafazh ini milik Ahmad. Derajat hadits ini hasan, karena memiliki banyak jalur yang saling menguatkan. Lihat Hidayatur Ruwah, I/136 no. 175]
.
Hadits ini memuat kandungan :
• Wajib bagi para nabi untuk ittiba’ kepada Rasulullah Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, seandainya mereka hidup pada zaman Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam,
• Jika para nabi saja wajib berittiba’ kepada Rasulullah Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam,, maka terlebih lagi bagi kaum muslimin, mereka harus berittiba` kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam,.
• Umar yang tidak diragukan keimanannya dan dijamin pasti masuk surga, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, tetap menegur ketika beliau Radhiyallahu 'anhu memegang kitab Taurat.
• Hendaknya kita lebih mengutamakan untuk mempelajari al Qur`an dan as Sunnah, memahami dan mengamalkannya, siang dan malam. Adapun untuk membantah Ahlul Kitab, cukup dengan al Qur`an, sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, dan para sahabatnya. Bagi mereka yang telah hafal dan memahami al Qur`an dengan benar, maka boleh bagi mereka membantah Ahlul Kitab dengan tujuan untuk mengajak mereka masuk ke dalam agama yang selamat ini, bukan dengan tujuan supaya dikatakan bahwa dia hebat, dapat mengalahkan orang lain, untuk berbangga diri. Namun tujuan kita dibolehkan mendebat mereka, agar mereka mendapatkan hidayah (masuk ke dalam Islam).
Allah berfirman :
وَلَا تُجَادِلُوا أَهْلَ الْكِتَابِ إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِلَّا الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْهُمْ ۖ وَقُولُوا آمَنَّا بِالَّذِي أُنزِلَ إِلَيْنَا وَأُنزِلَ إِلَيْكُمْ وَإِلَٰهُنَا وَإِلَٰهُكُمْ وَاحِدٌ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ
Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zhalim di antara mereka, dan Katakanlah: “Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya kepadaNya berserah diri”. [al Ankabuut:46].
3. Allah berfirman:
فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Maka demi Tuhan-mu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. [an Nisaa’ : 65].
Kandungan ayat :
• Seseorang tidak dikatakan beriman, sehingga mereka menjadikan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai hakim terhadap apa-apa yang diperselisihkan di antara sesama manusia.
• Diantara ciri-ciri orang yang beriman, mereka tidak merasa keberatan (kesempitan) terhadap apa yang telah ditetapkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Mereka menerima keputusan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dengan lapang dada.
• Orang yang beriman tunduk kepada keputusan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dengan setunduk-tunduknya.
• Syaikh Abdurrahman Nashir bin as Sa’di menjelaskan, bahwa di sini, tahkim (menjadikan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai hakim), kedudukannya sama dalam Islam. Menghilangkan kesempitan hati dalam menerima putusan hukum, kedudukannya sama dengan iman. Dan taslim (tunduk) kepada keputusan tersebut, kedudukannya sama dengan ihsan. [Taisir al Kariim ar Rahman fi Tafsir Kalamil Mannaan, hlm. 149, Cet. Mu’assasah ar Risalah, Th. 1417 H]
4. Allah Azza wa Jalla berfirman:
فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَن تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
Maka hendaklah (berhati-hati) orang-orang yang menyalahi perintah Rasulullah, takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih. [an Nuur : 63].
Al Hafizh Ibnu Katsir menerangkan: “Menyalahi perintah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, yaitu menyalahi jalan hidup beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam, manhaj (cara beragama), sunnah, syariatnya. Maka seluruh perkataan dan seluruh amal, harus ditimbang dengan perkataan dan perbuatan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Apa yang sesuai dengan perkataan dan perbuatan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, maka akan diterima oleh Allah. Dan apa yang tidak sesuai dengan perkataan dan perbuatan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, maka akan ditolak oleh Allah, siapapun yang melakukan perkataan dan perbuatan itu, serta apapun perkataan dan perbuatan itu. Meskipun dia ulama, atau seorang yang alim, jika perkataan dan perbuatannya menyelisihi perkataan dan perbuatan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, maka ia wajib ditolak dengan dasar hadits, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
Barangsiapa yang beramal tanpa adanya tuntunan dari kami, maka amalan tersebut tertolak.
Hendaknya berhati-hati orang yang menyelisihi syariat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam secara lahir dan batin. Mereka akan ditimpa fitnah di dalam hatinya, berupa kekufuran, kemunafikkan dan bid’ah, atau ditimpa dengan fitnah di dunia dengan dibunuh, diberi hukuman haad, dipenjara atau yang lainnya.
Yang dimaksud “menyalahi perintah” adalah, menyelisihi sunnah, jalan, manhaj, syariat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Semua perkataan dan perbuatan kita, harus ditimbang dengan perkataan dan perbuatan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Orang yang tidak berittiba’ kepada Rasulullah n, mengingkarinya dan menolaknya, akan terjatuh pada kekufuran, baik kufur yang besar (akbar) ataupun kufur yang kecil (ashghar), atau kemunafikan, atau bid’ah; dan ini merupakan pengaruh dari perbuatan dosa dan maksiat; maksiat kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memiliki pengaruh yang besar terhadap hati manusia, berupa kekufuran, kemunafikan, bid’ah; atau fitnah yang besar di dunia, yaitu berupa ancaman dibunuh, diberi hukuman had ataupun di penjara oleh Ulil Amri. [Tafsir Ibnu Katsir, III/338].
5. Allah Azza wa Jalla berfirman:
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) Hari Kiamat, dan dia banyak menyebut Allah. [al Ahzaab : 21].
Al Hafizh Ibnu Katsir mengatakan,”Ayat yang mulia ini sebagai prinsip yang besar untuk mencontoh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, baik perkataan, perbuatan dan segala keadaan beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam, baik berupa aqidah, syariah atau ibadah, akhlaq, dakwah, politik atau yang lainnya. Kita wajib berittiba’, tidak hanya dalam hal ibadah atau akhlaq beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam saja, akan tetapi harus menyeluruh.” [Tafsir Ibnu Katsir, III/522].
6. Allah Azza wa Jalla berfirman:
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَن يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ ۗ وَمَن يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُّبِينًا
Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu'min, apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan RasulNya, maka sungguhlah dia telah sesat dengan kesesatan yang nyata. [al Ahzaab: 36].
Ayat ini berlaku umum untuk seluruh kaum Mukminin terhadap setiap urusan mereka. Jika Allah dan RasulNya telah memutuskan suatu ketetapan, maka wajib baginya untuk mendengar dan taat.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 02/Tahun X/1427H/2006M Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km. 8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 08121533647, 08157579296]
_______
Footnote
[1]. Dinukil dari Iqtidha’ ash Shirathul Mustaqiim (II/373); al Qaulul Mufid fi Adillatit Tauhid, halaman 179 dengan sedikit tambahan.
[2]. HR Bukhari no. 2697, Muslim no. 1718, Abu Dawud no. 4606 dan Ibnu Majah no. 14 dari hadits Aisyah Radhiyallahu 'anha
[3]. HR Bukhari no. 2697, Muslim no. 1718, Abu Dawud no. 4606 dan Ibnu Majah no. 14 dari hadits Aisyah Radhiyallahu 'anha
Minggu, 09 Januari 2011
PELAKSANAAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAMI DI PROGRAM INKLUSI SD AL FIRDAUS SURAKARTA TAHUN 2008/2009
Oleh:
Achmad Sudibyo
NIM: G000040084
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2010
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia pada hakikatnya diciptakan dalam keadaan terbaik, termulia,
tersempurna dibandingkan dengan makhluk lainnya. Seperti yang Allah
jelaskan dalam surat At Tin ayat empat; akan tetapi disamping itu manusia
juga memiliki hawa nafsu dan perangai atau sifat tabiat yang buruk, misalnya
suka menuruti hawa nafsu, aniaya, membantah dan lain-lain. Sehingga
manusia bisa terjerumus pada lembah kenistaan sehingga menjadi serendah-
rendahnya makhluk.
Mengingat berbagai sifat tersebut, maka diperlukan adanya upaya
untuk menjaga agar manusia tetap pada hakekatnya yang pertama yaitu
manusia dalam sebaik-baik makhluk "ahsanitaqwim", dan tidak terjerumus ke
dalam kehinaan atau ke asfal taqwim seperti yang Allah lukiskan dalam surat
At Tin.
Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya. Kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya
(neraka), Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh;
Maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya. ( Q.S. At Tin, 95: 4-6)
Allah melukiskan pula dalam surat Al 'Ashr ayat 1-3.
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat
menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya
menetapi kesabaran. (Al ‘Ashr, 103: 1-3)
Di dalam suatu lembaga pendidikan telah di kenal layanan bimbingan
dan konseling untuk menjaga peserta didik agar mereka senantiasa dalam
kondisi yang baik dan juga untuk membantu perkembangan mereka supaya
optimal.
Menurut (Faqih) bimbingan dan konseling Islami mempunyai fungsi:
1. Fungsi preventif ; yakni membantu individu menjaga atau mencegah
timbulnya masalah bagi peserta didik;
2. Fungsi kuratif atau korektif; yaitu membantu individu memecahkan
masalah yang sedang dihadapi atau dialaminya;
3. Fungsi preservative ; yaitu membantu individu menjaga agar situasi dan
kondisi yang semula tidak baik (mengandung masalah) menjadi baik
(terpecahkan) dan kebaikan itu bertahan lama;
4. Fungsi developmental atau pengembangan; yaitu membantu individu
memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik agar
tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak memungkinkannya
menjadi sebab munculnya masalah bagi peserta didik (Faqih, 2001: 37).
Bimbingan dan konseling merupakan suatu layanan untuk membantu
para peserta didik agar berkembang optimal. Tanpa bimbingan dan bahkan
tanpa pendidikan formal, sebenarnya para peserta didik tetap berkembang,
tetapi perkembangannya belum optimal. Para peserta didik sering kali
menghadapi sejumlah hambatan, kesulitan atau masalah yang tidak dapat
mereka pecahkan sendiri. Mereka membutuhkan bantuan khusus dalam bentuk
layanan bimbingan dan konseling.
Keterangan: Perbandingan perkembangan peserta didik tanpa pendidikan di
sekolah, dengan pendidikan dan dengan bimbingan (Sukmadinata Nana
Syaodih, 2007: 71).
SD Al Firdaus menginternalisasikan nilai-nilai Islam dalam setiap
pelajaran. Termasuk dalam menangani anak-anak berkebutuhan khusus
(ABK). Pelayanan terhadap ABK tersebut bisa di sebut dengan istilah
bimbingan dan konseling Islami; karena pelayanannya disesuaikan dengan
nilai-nilai Islam. Adapun kategori ABK adalah sebagai berikut:
1. Kesulitan Belajar (Learning Disabilities)
Siswa dengan intelegensi normal atau di atas normal yang mengalami
kesenjangan antara potensi intelektual yang mereka miliki dengan
pencapaian hasil belajar. Kesulitan belajar diklasifikasikan menjadi dua
yaitu:
a. Development Learning Disabilities. Kesulitan jenis ini adalah
penyimpangan yang terjadi dalam fungsi-fungsi psikologis dan bahasa.
b. Academic Learning Dissabilities. Kesulitan belajar dalam bidang
akademik merujuk pada suatu keadaan yang menghambat proses belajar
dalam bidang akademik.
2. Lamban Belajar (Slow Learning)
Siswa yang memilki kapasitas intelektual di bawah rata-rata tetapi masih
di atas tunagrahita atau retardasi mental. Mereka memiliki IQ sekitar 80-
90. Siswa tersebut memiliki kecepatan belajar di bawah siswa pada
umumnya.
3. Berbakat Intelektual
Siswa yang memiliki kecerdasan umum (logis matematis), kreatifitas dan
komitmen terhadap tugas cukup tinggi. Mereka akan mendapatkan
program pengayaan dan mengoptimalkan potensinya dengan
menggunakan kurikulum non gradasi di bawah pengawasan gurubesar atau
ahli kependidikan UNS.
Anak-anak yang masuk dalam program inklusi SD Al Firdaus adalah
anak kesulitan belajar, autis, lamban belajar, kesulitan belajar, retardasi mental
dan anak yang mempunyai gangguan pemusatan perhatian. Guru bimbingan
dan konseling mengatagorikan anak yang masuk dalam program inklusi
bekerja sama dengan wali murid dan para wali kelas. Karena wali murid dan
wali kelaslah yang mengetahui persis akan kelebihan dan kekurangan
kemampuan anak. Dalam setiap semester wali kelas mengumpulkan data
tentang kelebihan dan kekurangan apa yang ada pada anak didik. Kemudian
data tersebut diberikan kepada guru BK untuk ditindak lanjuti. Oleh karena
keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh SD Al Firdaus khususnya dalam
bidang BK inilah, penulis tertarik untuk mempelajari lebih jauh bimbingan
dan konseling Islami di SD Al Firdaus Surakarta ini.
B. Penegasan Istilah
Penegasan istilah dikemukakan untuk menghindari kesalahpahaman
pengertian serta memberi gambaran mengenai ruang lingkup dalam penelitian
ini. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. Pelaksanaan
Pelaksanaan artinya adalah proses (Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 2005: 627).
2. Bimbingan
Bimbingan adalah petunjuk cara melakukan sesuatu (Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 2005: 152)
Sedangkan menurut Traxler, … Bimbingan merupakan bantuan
yang memungkinkan tiap individu dapat memahami kemampuan-
kemampuan dan minat-minatnya, mengembangkan diri secara optimal,
menyesuaikan diri dengan tuntutan kehidupan, dan akhirnya menjadi
individu utuh dan matang yang mampu membimbing diri sendiri, sebagai
warga yang sesuai dengan harapan masyarakat (Sukmadinata Nana
Syaodih, 2007: 9).
3. Konseling
Konseling adalah pemberian bantuan oleh konselor kepada konseli
sedemikian rupa sehingga pemahaman terhadap kemampuan diri sendiri
meningkat dalam memecahkan berbagai masalah (Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 2005: 588).
Menurut Good (1945: 104), konseling merupakan bantuan yang
bersifat individual dan pribadi untuk mengatasi masalah-masalah pribadi,
pendidikan dan vokasional, dalam bantuan tersebut semua fakta yang
berkaitan dengan masalah tersebut dipelajari, dianalisis dan berdasarkan
hal-hal tersebut bantuan pemecahan masalah dirumuskan, seringkali
dengan meminta bantuan para spesialis, narasumber di sekolah dan
masyarakat, menggunakan wawancara pribadi yang diarahkan agar klien
dapat membuat keputusan sendiri”.
4. Islami
Islami adalah bersifat keislaman (Kamus Besar Bahasa Indonesia,
2005: 444). Maksudnya adalah suatu perbuatan yang sejalan dengan ajaran
Islam dan tidak bertentangan dengannya.
5. Program
Program adalah rancangan mengenai asas serta usaha yang akan
dijalankan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005: 897).
6. Inklusi
Menurut David Smit inklusi adalah pendidikan yang menampung
semua siswa dengan berbagai kondisi, baik siswa yang memiliki
kelemahan fisik, intelektual, sosial, emosional, kesulitan berbicara, dan
kondisi lainnya. Pendidikan inklusif juga mewadahi anak cacat, gifted
child, anak jalanan dan pekerja, anak dari daerah terpencil dan nomaden,
anak dari bahasa, etnis dan budaya minoritas, serta anak didik dari daerah
konflik atau bencana dan anak dari daerah atau kelompok yang
termarjinalkan. http://id.shvoong.com/books/1881196-inklusi-sekolah-
ramah-untuk-semua/. Di SD Al Firdaus terdapat program inklusi yaitu
program pusat pelayanan anak berkebutuhan khusus (PUSPA).
7. SD Al Firdaus
SD Al Firdaus adalah lembaga pendidikan tingkat dasar sebagai
kelanjutan dari jenjang pendidikan sebelumnya yaitu taman pendidikan
prasekolah Al Firdaus. SD Al Firdaus ini pengelolaannya di bawah
yayasan lembaga pendidikan Al Firdaus.
Yayasan lembaga pendidikan Al Firdaus adalah lembaga
pendidikan Islam terpadu yang mengembangkan model pendidikan Islam
berwawasan sains dan teknologi, serta kewirausahaan. Jenjang pendidikan
yang dikembangkan terdiri atas Play Group, Taman kanak-kanak, Sekolah
Dasar, Sekolah Menengah (SMP dan SMA) dan nantinya Perguruan
Tinggi.
Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum Al Firdaus yang
menginternalisasikan nilai-nilai emosional, spiritual, akademis dan
kewirausahaan berlandaskan Islamic Core.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan dapat dirumuskan
permasalahannya yaitu: Bagaimana pelaksanaan BK Islami di Program inklusi
SD Al Firdaus Surakarta ?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan dari penelitian ini
adalah: Untuk mengetahui pelaksanaan BK Islami di Program Inklusi SD Al
Firdaus Surakarta.
E. Manfaat Penelitian
Dengan memperhatikan tujuan penelitian tersebut maka dapat
ditentukan manfaat penelitian adalah:
1. Secara teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan akan berguna sebagai sumbangan
pemikiran bagi dunia pendidikan Islam khususnya pada bidang BK
Islami.
2. Secara praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan akan berguna sebagai bahan
pertimbangan bagi guru BK dalam penanganan klien menuju manusia
yang kamil yang Islami.
b. Hasil penelitian ini diharapkan akan berguna sebagai wacana bagi
semua pihak yang berkompeten terhadap BK Pendidikan Islami.
F. Tinjauan Pustaka
Berikut ini adalah penelitian sebelumnya yang dapat penulis
dokumentasikan sebagai kajian pustaka.
Heny Lesiawaty dalam skripsinya yang berjudul Hubungan Antar
Sikap Terhadap Layanan Bimbingan Dan Konseling Dengan Prestasi Belajar
Pada Siswa Kelas Akselerasi SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta, dia
menyimpulkan:
1. Semakin baik atau tinggi sikap siswa terhadap layanan bimbingan dan
konseling maka akan semakin tinggi prestasi belajar dan sebaliknya
semakin buruk atau rendah sikap siswa terhadap layanan bimbingan dan
konseling maka akan semakin rendah prestasi belajar siswa.
2. Sumbangan efektif dari variable sikap terhadap layanan bimbingan dan
konseling pada proses belajar sebesar 30.3 %. Hal ini berarti masih ada
variable lain yang mempengaruhi prestasi belajar, misalnya faktor
lingkungan akademik, sarana dan prasarana belajar, faktor keluarga, serta
minat untuk belajar.
Santi Peni Hapsari dalam skripsinya yang berjudul Hubungan Antara
Persepsi Terhadap Fungsi Bimbingan dan Konseling Dengan Minat
Berkonsultasi Siswa, dia menyimpulkan: Semakin tinggi persepsi terhadap
fungsi bimbingan dan konseling maka semakin tinggi minat berkonsultasi
siswa sebaliknya semakin rendah persepsi terhadap fungsi bimbingan dan
konseling maka semakin rendah minat berkonsultasi siswa.
Berdasarkan dua skripsi di atas, nampak belum ada yang meneliti tentang
bimbingan dan konseling Islami di SD plus Al Firdaus Surakarta.
G. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan. Penelitian yang
prosedurnya menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Moleong, 1989: 3).
2. Pendekatan
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan deskriptif, yaitu suatu
metode penelitian yang digunakan untuk memperoleh data tentang fakta-
fakta yang terdapat disuatu obyek tertentu secara menyeluruh dan teliti
sesuai dengan persoalan yang akan dipecahkan (Iqbal Hasan, 2002: 33).
3. Subyek dan tempat penelitian
a. Subyek penelitian ini adalah
Subyek (responden) penelitian ini adalah kepala program inklusi, guru-
guru BK dan anak didik program inklusi SD Al Firdaus Surakarta.
b. Tempat penelitian
Pemilihan daerah penelitian dilakukan secara purposive yaitu di SD Al
Firdaus Surakarta, yang beralamat di Jl.Yosodipuro 56 Surakarta.
4. Teknik pengumpulan data
Teknik yang digunakan penyusun untuk mengumpulkan data dalam
penelitian ini adalah:
a. Observasi
Observasi bisa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara
sistimatik fenomena-fenomena yang diselidiki (Sutrisno, 1987: 136).
Pengamatan terhadap gejala-gejala subyek yang diteliti ini dapat
dilakukan secara langsung atau tidak langsung dalam situasi yang
sebenarnya atau situasi buatan (Marzuki, 1986: 60). Sedangkan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah observasi secara langsung dalam
situasi yang sebenarnya. Metode observasi digunakan untuk
mengamati letak geografis SD plus Al Firdaus Surakarta, struktur
organisasi dan untuk memperoleh data dari guru BK dan siswa yang
terlibat dalam proses pendidikan BK Islami.
b. Metode interview
Interview atau wawancara adalah cara pengumpulan data dengan jalan
tanya-jawab sepihak yang dilakukan dengan sistimatik dan
berlandaskan pada tujuan penelitian (Sutrisno, 1987: 193). Dalam hal
ini penyusun menggunakan jenis interview bebas terpimpin dengan
cara penginterview membawa pertanyaan-pertanyaan yang mengarah
pada tujuan penelitian kepada interviewer. Akan tetapi cara pertanyaan
ini disampaikan kepada interviewer suasana atau irama interview
diserahkan kepada kebijaksanaan interviewer (Sutrisno, 1987: 207).
Penulis menggunakan metode ini untuk memperoleh data secara umum
di program inklusi SD Al Firdaus Surakarta, dan masalah-masalah
yang berkaitan dengan pelaksanaan bimbindan dan konseling Islami di
program inklusi SD Al Firdaus Surakarta. Metode ini disampaikan
kepada kepada sekolah, guru BK, wali murid program inklusi.
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal yang
variabelnya berupa catatan-catatan, trankrip, buku-buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan lain-lain (Arikunto,
1992: 200). Metode ini digunakan untuk mendapatkan data berupa:
letak geografis, jumlah guru, jumlah siswa, struktur organisasi,
fasilitas, sarana prasarana.
5. Sumber data
Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data
sekunder.
a. Data primer
Data primer penulis peroleh dari hasil wawancara dengan responden
sebagai suatu untuk mengetahui pelaksanaan bimbingan dan konseling
Islami di program inklusi SD Al Firdaus Surakarta.
b. Data sekunder
Pengumpulan data sekunder penulis gunakan untuk memperoleh data
yang berkaitan langsung dengan proses pelaksanaan bimbingan dan
konseling Islami di program inklusi SD Al Firdaus Surakarta. Adapun
data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1) Data karyawan dan staf pengajar
2) Jumlah siswa
3) Sarana dan prasarana yang dimiliki
4) Profil SD
5) Struktur organisasi
6) Program pendukung pembelajaran individual
6. Populasi dan sample
a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari obyek penelitian yang cirri-cirinya
akan diduga (Sutrisno Hadi, 1981: 63). Dalam penelitian ini yang akan
dijadikan populasi adalah kepala program inklusi, seluruh staf pengajar
dan seluruh siswa program inklusi SD Al Firdaus Surakarta. Adapun
rinciannya adalah sebagai berikut:
Kepala program inklusi 1 orang
Guru pendamping 11 orang
Siswa program inklusi 11 anak
b. Sampel
Sampel adalah bagian atau wakil populasi yang diteliti. Pedoman
pengambilan sampel yaitu: apabila subyeknya kurang dari seratus,
maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan
penelitian populasi. Tetapi apabila subyeknya besar maka dapat
diambil antara 15-20 % atau 20-25 % atau lebih (Arikunto, 993: 104).
Dalam penelitian ini seluruh populasi diteliti, sehingga penelitian ini
merupakan penelitian populasi.
7. Analisis data
Metode analisis data adalah usaha untuk menyeleksi, menyusun dan
mereferensikan data yang telah masuk dengan tujuan agar data tersebut
dapat dimengerti isi dan metodenya (Mohammad Ali, 1982: 120).
Dalam menganalisa data, penulis menggunakan cara pentahapan
secara berurutan yang terdiri dari tiga alur kegiatan bersamaan yaitu:
pengumpulan data sekaligus reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan atau verifikasi. Pertama, setelah pengumpulan data selesai,
terjadilah reduksi data yaitu suatu bentuk analisis yang menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan
mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-
kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasikan. Kedua, data yang
telah direduksi akan disajikan dalam bentuk narasi maupun matriks.
Ketiga, penarikan kesimpulan dari data yang telah disajikan pada tahap
yang kedua dengan mengambil kesimpulan pada tiap-tiap rumusan.
Metode analisa yang digunakan dalam menyusun skripsi ini adalah
analisis deskriptif. Analisis deskriptif adalah analisa data yang berfungsi
untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran tentang obyek yang
diteliti melalui sampel sebagaimana adanya tanpa membuat analisis
ataupun kesimpulan yang berlaku untuk umum (Sugiyono, 1999: 21).
H. Sistematika Pembahasan
Skripsi ini terdiri dari lima bab. Secara garis besar sistematika
penulisan skripsi ini dapat diuraikan sebagai berikut:
Bab I pendahuluan, berisikan latar belakang masalah, penegasan
istilah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka,
metode penulisan dan sistematika pembahasan.
Bab II landasan teori, bab ini berisi tentang:
1. Definisi bimbingan dan konseling Islami, fungsi bimbingan dan konseling
Islami, faktor-faktor bimbingan dan konseling Islami, tujuan bimbingan
dan konseling Islami, penerapan bimbingan dan konseling Islami.
2. Pengertian program inklusi, faktor-faktor program inklusi, tujuan program
inklusi.
Bab III pelaksanaan bimbingan dan konseling Islami di Program
Inklusi SD Al Firdaus Surakarta, bab ini berisi tentang:
1. Gambaran umum SD Al Firdaus Surakarta, mencakup: letak geografis,
keadaan siswa, keadaan pengajar dan struktur organisasi SD Al Firdaus
Surakarta.
2. Bimbingan dan konseling Islami di Program Inklusi SD Al Firdaus
Surakarta, tujuan bimbingan dan konseling Islami, fungsi bimbingan dan
konseling Islami, faktor-faktor bimbingan dan konseling Islami, hambatan
serta usaha-usaha dan hasil yang dicapai.
Bab IV analisis tentang pelaksanaan bimbingan dan konseling Islami
di Program Inklusi SD Al Firdaus Surakarta.
Bab V penutup, mencakup: kesimpulan dan saran.
Achmad Sudibyo
NIM: G000040084
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2010
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia pada hakikatnya diciptakan dalam keadaan terbaik, termulia,
tersempurna dibandingkan dengan makhluk lainnya. Seperti yang Allah
jelaskan dalam surat At Tin ayat empat; akan tetapi disamping itu manusia
juga memiliki hawa nafsu dan perangai atau sifat tabiat yang buruk, misalnya
suka menuruti hawa nafsu, aniaya, membantah dan lain-lain. Sehingga
manusia bisa terjerumus pada lembah kenistaan sehingga menjadi serendah-
rendahnya makhluk.
Mengingat berbagai sifat tersebut, maka diperlukan adanya upaya
untuk menjaga agar manusia tetap pada hakekatnya yang pertama yaitu
manusia dalam sebaik-baik makhluk "ahsanitaqwim", dan tidak terjerumus ke
dalam kehinaan atau ke asfal taqwim seperti yang Allah lukiskan dalam surat
At Tin.
Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya. Kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya
(neraka), Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh;
Maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya. ( Q.S. At Tin, 95: 4-6)
Allah melukiskan pula dalam surat Al 'Ashr ayat 1-3.
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat
menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya
menetapi kesabaran. (Al ‘Ashr, 103: 1-3)
Di dalam suatu lembaga pendidikan telah di kenal layanan bimbingan
dan konseling untuk menjaga peserta didik agar mereka senantiasa dalam
kondisi yang baik dan juga untuk membantu perkembangan mereka supaya
optimal.
Menurut (Faqih) bimbingan dan konseling Islami mempunyai fungsi:
1. Fungsi preventif ; yakni membantu individu menjaga atau mencegah
timbulnya masalah bagi peserta didik;
2. Fungsi kuratif atau korektif; yaitu membantu individu memecahkan
masalah yang sedang dihadapi atau dialaminya;
3. Fungsi preservative ; yaitu membantu individu menjaga agar situasi dan
kondisi yang semula tidak baik (mengandung masalah) menjadi baik
(terpecahkan) dan kebaikan itu bertahan lama;
4. Fungsi developmental atau pengembangan; yaitu membantu individu
memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik agar
tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak memungkinkannya
menjadi sebab munculnya masalah bagi peserta didik (Faqih, 2001: 37).
Bimbingan dan konseling merupakan suatu layanan untuk membantu
para peserta didik agar berkembang optimal. Tanpa bimbingan dan bahkan
tanpa pendidikan formal, sebenarnya para peserta didik tetap berkembang,
tetapi perkembangannya belum optimal. Para peserta didik sering kali
menghadapi sejumlah hambatan, kesulitan atau masalah yang tidak dapat
mereka pecahkan sendiri. Mereka membutuhkan bantuan khusus dalam bentuk
layanan bimbingan dan konseling.
Keterangan: Perbandingan perkembangan peserta didik tanpa pendidikan di
sekolah, dengan pendidikan dan dengan bimbingan (Sukmadinata Nana
Syaodih, 2007: 71).
SD Al Firdaus menginternalisasikan nilai-nilai Islam dalam setiap
pelajaran. Termasuk dalam menangani anak-anak berkebutuhan khusus
(ABK). Pelayanan terhadap ABK tersebut bisa di sebut dengan istilah
bimbingan dan konseling Islami; karena pelayanannya disesuaikan dengan
nilai-nilai Islam. Adapun kategori ABK adalah sebagai berikut:
1. Kesulitan Belajar (Learning Disabilities)
Siswa dengan intelegensi normal atau di atas normal yang mengalami
kesenjangan antara potensi intelektual yang mereka miliki dengan
pencapaian hasil belajar. Kesulitan belajar diklasifikasikan menjadi dua
yaitu:
a. Development Learning Disabilities. Kesulitan jenis ini adalah
penyimpangan yang terjadi dalam fungsi-fungsi psikologis dan bahasa.
b. Academic Learning Dissabilities. Kesulitan belajar dalam bidang
akademik merujuk pada suatu keadaan yang menghambat proses belajar
dalam bidang akademik.
2. Lamban Belajar (Slow Learning)
Siswa yang memilki kapasitas intelektual di bawah rata-rata tetapi masih
di atas tunagrahita atau retardasi mental. Mereka memiliki IQ sekitar 80-
90. Siswa tersebut memiliki kecepatan belajar di bawah siswa pada
umumnya.
3. Berbakat Intelektual
Siswa yang memiliki kecerdasan umum (logis matematis), kreatifitas dan
komitmen terhadap tugas cukup tinggi. Mereka akan mendapatkan
program pengayaan dan mengoptimalkan potensinya dengan
menggunakan kurikulum non gradasi di bawah pengawasan gurubesar atau
ahli kependidikan UNS.
Anak-anak yang masuk dalam program inklusi SD Al Firdaus adalah
anak kesulitan belajar, autis, lamban belajar, kesulitan belajar, retardasi mental
dan anak yang mempunyai gangguan pemusatan perhatian. Guru bimbingan
dan konseling mengatagorikan anak yang masuk dalam program inklusi
bekerja sama dengan wali murid dan para wali kelas. Karena wali murid dan
wali kelaslah yang mengetahui persis akan kelebihan dan kekurangan
kemampuan anak. Dalam setiap semester wali kelas mengumpulkan data
tentang kelebihan dan kekurangan apa yang ada pada anak didik. Kemudian
data tersebut diberikan kepada guru BK untuk ditindak lanjuti. Oleh karena
keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh SD Al Firdaus khususnya dalam
bidang BK inilah, penulis tertarik untuk mempelajari lebih jauh bimbingan
dan konseling Islami di SD Al Firdaus Surakarta ini.
B. Penegasan Istilah
Penegasan istilah dikemukakan untuk menghindari kesalahpahaman
pengertian serta memberi gambaran mengenai ruang lingkup dalam penelitian
ini. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. Pelaksanaan
Pelaksanaan artinya adalah proses (Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 2005: 627).
2. Bimbingan
Bimbingan adalah petunjuk cara melakukan sesuatu (Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 2005: 152)
Sedangkan menurut Traxler, … Bimbingan merupakan bantuan
yang memungkinkan tiap individu dapat memahami kemampuan-
kemampuan dan minat-minatnya, mengembangkan diri secara optimal,
menyesuaikan diri dengan tuntutan kehidupan, dan akhirnya menjadi
individu utuh dan matang yang mampu membimbing diri sendiri, sebagai
warga yang sesuai dengan harapan masyarakat (Sukmadinata Nana
Syaodih, 2007: 9).
3. Konseling
Konseling adalah pemberian bantuan oleh konselor kepada konseli
sedemikian rupa sehingga pemahaman terhadap kemampuan diri sendiri
meningkat dalam memecahkan berbagai masalah (Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 2005: 588).
Menurut Good (1945: 104), konseling merupakan bantuan yang
bersifat individual dan pribadi untuk mengatasi masalah-masalah pribadi,
pendidikan dan vokasional, dalam bantuan tersebut semua fakta yang
berkaitan dengan masalah tersebut dipelajari, dianalisis dan berdasarkan
hal-hal tersebut bantuan pemecahan masalah dirumuskan, seringkali
dengan meminta bantuan para spesialis, narasumber di sekolah dan
masyarakat, menggunakan wawancara pribadi yang diarahkan agar klien
dapat membuat keputusan sendiri”.
4. Islami
Islami adalah bersifat keislaman (Kamus Besar Bahasa Indonesia,
2005: 444). Maksudnya adalah suatu perbuatan yang sejalan dengan ajaran
Islam dan tidak bertentangan dengannya.
5. Program
Program adalah rancangan mengenai asas serta usaha yang akan
dijalankan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005: 897).
6. Inklusi
Menurut David Smit inklusi adalah pendidikan yang menampung
semua siswa dengan berbagai kondisi, baik siswa yang memiliki
kelemahan fisik, intelektual, sosial, emosional, kesulitan berbicara, dan
kondisi lainnya. Pendidikan inklusif juga mewadahi anak cacat, gifted
child, anak jalanan dan pekerja, anak dari daerah terpencil dan nomaden,
anak dari bahasa, etnis dan budaya minoritas, serta anak didik dari daerah
konflik atau bencana dan anak dari daerah atau kelompok yang
termarjinalkan. http://id.shvoong.com/books/1881196-inklusi-sekolah-
ramah-untuk-semua/. Di SD Al Firdaus terdapat program inklusi yaitu
program pusat pelayanan anak berkebutuhan khusus (PUSPA).
7. SD Al Firdaus
SD Al Firdaus adalah lembaga pendidikan tingkat dasar sebagai
kelanjutan dari jenjang pendidikan sebelumnya yaitu taman pendidikan
prasekolah Al Firdaus. SD Al Firdaus ini pengelolaannya di bawah
yayasan lembaga pendidikan Al Firdaus.
Yayasan lembaga pendidikan Al Firdaus adalah lembaga
pendidikan Islam terpadu yang mengembangkan model pendidikan Islam
berwawasan sains dan teknologi, serta kewirausahaan. Jenjang pendidikan
yang dikembangkan terdiri atas Play Group, Taman kanak-kanak, Sekolah
Dasar, Sekolah Menengah (SMP dan SMA) dan nantinya Perguruan
Tinggi.
Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum Al Firdaus yang
menginternalisasikan nilai-nilai emosional, spiritual, akademis dan
kewirausahaan berlandaskan Islamic Core.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan dapat dirumuskan
permasalahannya yaitu: Bagaimana pelaksanaan BK Islami di Program inklusi
SD Al Firdaus Surakarta ?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan dari penelitian ini
adalah: Untuk mengetahui pelaksanaan BK Islami di Program Inklusi SD Al
Firdaus Surakarta.
E. Manfaat Penelitian
Dengan memperhatikan tujuan penelitian tersebut maka dapat
ditentukan manfaat penelitian adalah:
1. Secara teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan akan berguna sebagai sumbangan
pemikiran bagi dunia pendidikan Islam khususnya pada bidang BK
Islami.
2. Secara praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan akan berguna sebagai bahan
pertimbangan bagi guru BK dalam penanganan klien menuju manusia
yang kamil yang Islami.
b. Hasil penelitian ini diharapkan akan berguna sebagai wacana bagi
semua pihak yang berkompeten terhadap BK Pendidikan Islami.
F. Tinjauan Pustaka
Berikut ini adalah penelitian sebelumnya yang dapat penulis
dokumentasikan sebagai kajian pustaka.
Heny Lesiawaty dalam skripsinya yang berjudul Hubungan Antar
Sikap Terhadap Layanan Bimbingan Dan Konseling Dengan Prestasi Belajar
Pada Siswa Kelas Akselerasi SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta, dia
menyimpulkan:
1. Semakin baik atau tinggi sikap siswa terhadap layanan bimbingan dan
konseling maka akan semakin tinggi prestasi belajar dan sebaliknya
semakin buruk atau rendah sikap siswa terhadap layanan bimbingan dan
konseling maka akan semakin rendah prestasi belajar siswa.
2. Sumbangan efektif dari variable sikap terhadap layanan bimbingan dan
konseling pada proses belajar sebesar 30.3 %. Hal ini berarti masih ada
variable lain yang mempengaruhi prestasi belajar, misalnya faktor
lingkungan akademik, sarana dan prasarana belajar, faktor keluarga, serta
minat untuk belajar.
Santi Peni Hapsari dalam skripsinya yang berjudul Hubungan Antara
Persepsi Terhadap Fungsi Bimbingan dan Konseling Dengan Minat
Berkonsultasi Siswa, dia menyimpulkan: Semakin tinggi persepsi terhadap
fungsi bimbingan dan konseling maka semakin tinggi minat berkonsultasi
siswa sebaliknya semakin rendah persepsi terhadap fungsi bimbingan dan
konseling maka semakin rendah minat berkonsultasi siswa.
Berdasarkan dua skripsi di atas, nampak belum ada yang meneliti tentang
bimbingan dan konseling Islami di SD plus Al Firdaus Surakarta.
G. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan. Penelitian yang
prosedurnya menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Moleong, 1989: 3).
2. Pendekatan
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan deskriptif, yaitu suatu
metode penelitian yang digunakan untuk memperoleh data tentang fakta-
fakta yang terdapat disuatu obyek tertentu secara menyeluruh dan teliti
sesuai dengan persoalan yang akan dipecahkan (Iqbal Hasan, 2002: 33).
3. Subyek dan tempat penelitian
a. Subyek penelitian ini adalah
Subyek (responden) penelitian ini adalah kepala program inklusi, guru-
guru BK dan anak didik program inklusi SD Al Firdaus Surakarta.
b. Tempat penelitian
Pemilihan daerah penelitian dilakukan secara purposive yaitu di SD Al
Firdaus Surakarta, yang beralamat di Jl.Yosodipuro 56 Surakarta.
4. Teknik pengumpulan data
Teknik yang digunakan penyusun untuk mengumpulkan data dalam
penelitian ini adalah:
a. Observasi
Observasi bisa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara
sistimatik fenomena-fenomena yang diselidiki (Sutrisno, 1987: 136).
Pengamatan terhadap gejala-gejala subyek yang diteliti ini dapat
dilakukan secara langsung atau tidak langsung dalam situasi yang
sebenarnya atau situasi buatan (Marzuki, 1986: 60). Sedangkan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah observasi secara langsung dalam
situasi yang sebenarnya. Metode observasi digunakan untuk
mengamati letak geografis SD plus Al Firdaus Surakarta, struktur
organisasi dan untuk memperoleh data dari guru BK dan siswa yang
terlibat dalam proses pendidikan BK Islami.
b. Metode interview
Interview atau wawancara adalah cara pengumpulan data dengan jalan
tanya-jawab sepihak yang dilakukan dengan sistimatik dan
berlandaskan pada tujuan penelitian (Sutrisno, 1987: 193). Dalam hal
ini penyusun menggunakan jenis interview bebas terpimpin dengan
cara penginterview membawa pertanyaan-pertanyaan yang mengarah
pada tujuan penelitian kepada interviewer. Akan tetapi cara pertanyaan
ini disampaikan kepada interviewer suasana atau irama interview
diserahkan kepada kebijaksanaan interviewer (Sutrisno, 1987: 207).
Penulis menggunakan metode ini untuk memperoleh data secara umum
di program inklusi SD Al Firdaus Surakarta, dan masalah-masalah
yang berkaitan dengan pelaksanaan bimbindan dan konseling Islami di
program inklusi SD Al Firdaus Surakarta. Metode ini disampaikan
kepada kepada sekolah, guru BK, wali murid program inklusi.
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal yang
variabelnya berupa catatan-catatan, trankrip, buku-buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan lain-lain (Arikunto,
1992: 200). Metode ini digunakan untuk mendapatkan data berupa:
letak geografis, jumlah guru, jumlah siswa, struktur organisasi,
fasilitas, sarana prasarana.
5. Sumber data
Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data
sekunder.
a. Data primer
Data primer penulis peroleh dari hasil wawancara dengan responden
sebagai suatu untuk mengetahui pelaksanaan bimbingan dan konseling
Islami di program inklusi SD Al Firdaus Surakarta.
b. Data sekunder
Pengumpulan data sekunder penulis gunakan untuk memperoleh data
yang berkaitan langsung dengan proses pelaksanaan bimbingan dan
konseling Islami di program inklusi SD Al Firdaus Surakarta. Adapun
data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1) Data karyawan dan staf pengajar
2) Jumlah siswa
3) Sarana dan prasarana yang dimiliki
4) Profil SD
5) Struktur organisasi
6) Program pendukung pembelajaran individual
6. Populasi dan sample
a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari obyek penelitian yang cirri-cirinya
akan diduga (Sutrisno Hadi, 1981: 63). Dalam penelitian ini yang akan
dijadikan populasi adalah kepala program inklusi, seluruh staf pengajar
dan seluruh siswa program inklusi SD Al Firdaus Surakarta. Adapun
rinciannya adalah sebagai berikut:
Kepala program inklusi 1 orang
Guru pendamping 11 orang
Siswa program inklusi 11 anak
b. Sampel
Sampel adalah bagian atau wakil populasi yang diteliti. Pedoman
pengambilan sampel yaitu: apabila subyeknya kurang dari seratus,
maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan
penelitian populasi. Tetapi apabila subyeknya besar maka dapat
diambil antara 15-20 % atau 20-25 % atau lebih (Arikunto, 993: 104).
Dalam penelitian ini seluruh populasi diteliti, sehingga penelitian ini
merupakan penelitian populasi.
7. Analisis data
Metode analisis data adalah usaha untuk menyeleksi, menyusun dan
mereferensikan data yang telah masuk dengan tujuan agar data tersebut
dapat dimengerti isi dan metodenya (Mohammad Ali, 1982: 120).
Dalam menganalisa data, penulis menggunakan cara pentahapan
secara berurutan yang terdiri dari tiga alur kegiatan bersamaan yaitu:
pengumpulan data sekaligus reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan atau verifikasi. Pertama, setelah pengumpulan data selesai,
terjadilah reduksi data yaitu suatu bentuk analisis yang menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan
mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-
kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasikan. Kedua, data yang
telah direduksi akan disajikan dalam bentuk narasi maupun matriks.
Ketiga, penarikan kesimpulan dari data yang telah disajikan pada tahap
yang kedua dengan mengambil kesimpulan pada tiap-tiap rumusan.
Metode analisa yang digunakan dalam menyusun skripsi ini adalah
analisis deskriptif. Analisis deskriptif adalah analisa data yang berfungsi
untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran tentang obyek yang
diteliti melalui sampel sebagaimana adanya tanpa membuat analisis
ataupun kesimpulan yang berlaku untuk umum (Sugiyono, 1999: 21).
H. Sistematika Pembahasan
Skripsi ini terdiri dari lima bab. Secara garis besar sistematika
penulisan skripsi ini dapat diuraikan sebagai berikut:
Bab I pendahuluan, berisikan latar belakang masalah, penegasan
istilah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka,
metode penulisan dan sistematika pembahasan.
Bab II landasan teori, bab ini berisi tentang:
1. Definisi bimbingan dan konseling Islami, fungsi bimbingan dan konseling
Islami, faktor-faktor bimbingan dan konseling Islami, tujuan bimbingan
dan konseling Islami, penerapan bimbingan dan konseling Islami.
2. Pengertian program inklusi, faktor-faktor program inklusi, tujuan program
inklusi.
Bab III pelaksanaan bimbingan dan konseling Islami di Program
Inklusi SD Al Firdaus Surakarta, bab ini berisi tentang:
1. Gambaran umum SD Al Firdaus Surakarta, mencakup: letak geografis,
keadaan siswa, keadaan pengajar dan struktur organisasi SD Al Firdaus
Surakarta.
2. Bimbingan dan konseling Islami di Program Inklusi SD Al Firdaus
Surakarta, tujuan bimbingan dan konseling Islami, fungsi bimbingan dan
konseling Islami, faktor-faktor bimbingan dan konseling Islami, hambatan
serta usaha-usaha dan hasil yang dicapai.
Bab IV analisis tentang pelaksanaan bimbingan dan konseling Islami
di Program Inklusi SD Al Firdaus Surakarta.
Bab V penutup, mencakup: kesimpulan dan saran.
Sabtu, 08 Januari 2011
PENERAPAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAMI DI SMP MUHAMMADIYAH 4 SURAKARTA
KHOLID
NIM : G000 070077
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
TAHUN 2010
BAB I
1. Latar Belakang Masalah
Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dari
pendidikan, mengingat bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu kegiatan
bantuan dan tuntunan yang diberikan kepada individu pada umumnya, dan
pada siswa pada khususnya di sekolah dalam rangka meningkatkan mutunya.
Hal ini sangat relevan jika dilihat dari perumusan bahwa pendidikan itu adalah
merupakan usaha sadar yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadian
dan potensi-potensinya (bakat, minat, dan kemampuannya). Kepribadian
menyangkut masalah perilaku atau sikap mental dan kemampuanya meliputi
akademik dan keterampilan. Tingkat kepribadian dan kemampuan yang
dimiliki, oleh seseorang merupakan suatu gambaran mutu dari orang yang
bersangkutan.
Pada masyarakat yang semakin maju, masalah penemuan identitas
pada individu menjadi semakin rumit. Hal ini disebabkan oleh tuntutan
masyarakat maju kepada anggota – anggotanya menjadi lebih berat.
Persyaratan untuk di terima menjadi anggota masyarakat bukan saja
kematangan fisik, melainkan juga kemampuan mental psikologis, kultural,
vokasional, intelektual, dan religius. Kerumitan ini terus meningkat pada
masyarakat yang sedang membangun, akan merupakan pula tantangan bagi
individu atau siswa. Keadaan semacam inilah yang menuntut
diselenggarakanya bimbingan dan konseling di sekolah (Ketut Sukardi, 2008:
1-2).
Di Indonesia, kenyataan menunjukan bahwa Islam di Indonsia
mayoritas (85 %). Bagi umat Islam, pendekatan agama serta pendekatan yang
Islami dari aspek kegiatan merupakan suatu jalan untuk mengamalkan ajaran
Islam. Pemecahan masalah kehidupan dengan pendekatan Islami merupakan
suatu jalan yang terbaik. Oleh sebab itu, bimbingan yang dilaksanakan
berdasarkan Islam dengan unit analysis need assessment (analisis kebutuhan
obyek) akan lebih bermanfaat bagi obyek (Ridwan, 1998: 12).
Bimbingan dan konseling Islami adalah suatu layanan yang tidak
hanya mengupayakan mental yang sehat dan hidup bahagia melainkan
bimbingan dan konseling Islami juga menuntut ke arah hidup yang sakinah,
batin merasa tenang dan tentram karena selalu dekat dengan Alloh Swt. Faqih
(2001: 14 – 20) lebih merinci lagi bahwa, latar belakang bimbingan dan
konseling Islami seperti uraian di atas dapat ditinjau secara mendalam dari
segi jasmani, rohani, individu, sosial dan budaya (Saring Marsudi Dkk, 2003:
49 – 51).
Keadaan bimbingan dan konseling di sekolah yang mengatasnamakan
Islam tentunya lebih mengedapankan pemahaman nilai–nilai Islam dalam
membimbing siswa dan tidak sebatas menangani permasalahan siswa dengan
belajarnya tetapi lebih kepada penanganan masalah keagamaan siswa dalam
hal menyentuh aspek qolbu siswa agar menjadi anak yang taat kepada Alloh
Swt .
Anak – anak pada tingkat usia SMP telah memasuki pubertas yang
oleh para ahli psikologi seperti Rumke, R. Cassimir dan sebagainya dianggap
masa usia di mana perasaan keagamaan mulai terbentuk dalam pribadinya.
Masa pubertas tersebut dialami oleh mereka sebagai permulaan timbulnya
sturn und drang (kegoncangan batin) yang sangat memerlukan tempat
perlindungan jiwa yang mampu memberikan pengarahan positif dalam
perkembangan hidup selanjutnya. Arifin (1976: 63,27) menyebutkan ada 2
faktor yang menyebabkan terjadinya kegoncangan yang berdampak pada
kenakalan remaja yaitu : faktor sekitar atau lingkungan (environment) dan
faktor kepribadian (personality) anak sendiri. Faktor sekitar terdiri dari :
keadaan ekonomi masyarakat, masa / daerah peralihan, keretakan hidup
keluarga, pengaruh teman sebaya, pengaruh pelaksanaan hukum. Adapun
faktor kepribadian terdiri dari: penyakit syaraf, penyakit jiwa, dorongan nafsu
berlebihan, penilaian yang tidak tepat terhadap diri sendiri dan orang lain,
pandangan terhadap diri sendiri yang negatif.
Disinilah pentingnya penggalian konsep bimbingan konseling yang
Islami, yang menuntut kearah hidup yang sakinah, batin merasa tenang dan
tentram karena selalu dekat dengan Alloh Swt. Bimbingan konseling tidak
hanya terpecahkan masalah klien, tetapi meningkatkan kesadaran klien serta
menyiapkan klien agar mampu melaksanakan tugas Kholifah Alloh di bumi.
Bimbingan konseling Islami mengarahkan manusia yang dalam kehidupan
sehari – harinya selalu putus asa, kufur dan sombong, dholim dan kufur,
dholim dan bodoh, berkeluh kesah dan kikir, merugi menuju kehidupan yang
diridhoi Alloh dengan seluruh aspek prosesnya berlandaskan Islam (Alquran
dan Alhadist) (Saring Marsudi Dkk, 2003: 54).
Bimbingan dan konseling Islami merupakan suatu layanan yang tidak
hanya mengupayakan moral yang sehat dan hidup yang bahagia melainkan ke
arah hubungan manusia kepada Alloh Swt (Marsudi, 2003: 51).
Dengan diterapkanya bimbingan dan konseling Islami yang menitik
beratkan kepada aspek keagamaan siswa. Aspek keagamaan apabila
dijalankan dengan sebaik – baiknya, akan mampu mengangkat kehidupan
manusia semakin tinggi, bukan saja dari sisi keduniawian melainkan
keakhiratan (Prayitno, 1997: 17).
SMP Muhammadiyah 4 Surakarta adalah lembaga pendidikan formal
di kota solo. Di sekolah ini layanan bimbingan dan konseling merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari keseluruhan kegiatan pendidikan di sekolah.
Bimbingan konseling untuk membantu individu mewujudkan dirinya menjadi
manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat,
dan mampu mengatasi masalah yang sedang di hadapinya. Penulis merasa
tertarik untuk meneliti SMP Muhammadiyah 4 Surakarta, karena pelaksanaan
bimbingan dan konseling di SMP tersebut dalam menangani permasalahan
siswa lebih mengedepankan rasa kasih sayang kepada siswanya dan tidak
menggunakan sanksi / hukuman yang bersifat fisik. Fungsi bimbingan dan
konseling sudah berjalan dengan baik, dilihat dari segi minimnya kenakalan
siswa. Selain itu, setiap ada permasalahan, siswa langsung datang ke BK tanpa
merasa takut karena adanya kedekatan antara BK dan siswa.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis memilih judul ”
PENERAPAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAMI DI SMP
MUHAMMADIYAH 4 SURAKARTA ”.
2. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kemungkinan penafsiran atau interpretasi yang
tidak dikehendaki terhadap serangkaian kata – kata pada judul skripsi yaitu :
Bimbingan: Membantu individu untuk memahami dan menggunakan
secara luas kesempatan pendidikan, dan sebagai bentuk yang sistematis
sebagai siswa dibantu untuk memperoleh penyesuaian diri baik terhadap
sekolah maupun kehidupan sehari – hari (Prayitno, 1999: 93).
Konseling: Bantuan yang diberikan kepada individu untuk
memecahkam masalah dalam kehidupannya dengan wawancara, ataupun
dengan cara yang sesuai dengan keadaan individu yang dihadapi untuk
mencapai kesejahteraan hidupnya (Walgito, 1995: 5).
Bimbingan dan konseling Islami: pelayanan bantuan yang diberikan
oleh konselor agama kepada manusia yang mengalami masalah dalam hidup
keberagamaan, ingin mengembangkan dimensi dan potensi keberagamaanya
seoptimal mungkin, baik secara individu maupun kelompok agar menjadi
manusia yang mandiri dan dewasa dalam beragama, melalui berbagai jenis
kegiatan dan layanan pendukung berdasarkan keimanan dan ketaqwaan yang
terdapat dalam Alquran dan Hadist ( Yahya, 2004 : 108 ).
Anak – anak pada tingkat usia SMP telah memasuki pubertas yang
oleh para ahli psikologi seperti Rumke, R. Cassimir dan sebagainya dianggap
masa usia di mana perasaan keagamaan mulai terbentuk dalam pribadinya.
Masa pubertas tersebut dialami oleh mereka sebagai permulaan timbulnya
sturn und drang (kegoncangan batin) yang sangat memerlukan tempat
perlindungan jiwa yang mampu memberikan pengarahan positif dalam
perkembangan hidup selanjutnya.
Dari pengertian-pengertian istilah di atas, maka yang penulis maksud
dari judul keseluruhan dalam skripsi ini adalah mengetahui penerapan dan
pelaksanaan bimbingan dan konseling Islami dan hambatan yang terjadi di
SMP Muhammadiyah 4 Surakarta.
3. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas penulis ingin
merumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagimanakah pelaksanaan / penerapan bimbingan konseling Islami di
SMP Muhammadiyah 4 Surakarta ?
4. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan yang akan dicapai peneliti adalah :
1. Mengetahui pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMP
Muhammadiyah 4 Surakarta.
Manfaat Penelitian
Untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan bimbingan konseling yang
Islami di SMP Muhammadiyah 4 Surakarta.
5. Kajian Pustaka
Johan Wijaya (1988) dalam bukunya yang berjudul Psikologi
Bimbingan Konseling. Bimbingan konseling merupakan bagian dari program
bimbingan di sekolah sebagai salah satu jenis pelayanan bimbingan konseling
yang tidak dapat dilaksanakan dengan baik tanpa jalinan yang erat, dengan
pelayanan bimbingan lainya. Peran konseling dalam proses bimbingan di
sekolah tergantung pada beberapa faktor yaitu :
1. Tafsiran konseling sebagai suatu kegiatan profesional
2. Keadaan konselor yang ditugaskan di sekolah yang bersangkutan dalam
orientasi profesional dan mutu kerja
3. Bantuan dan kerjasama antara semua anggota staff dan guru sekolah dan
yang bersangkutan.
Arifin, (1976 ) dalam bukunya yang berjudul Pokok-Pokok Pikiran
Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama, tidak mendefinisikan secara
khusus tentang kesulitan rohaniah,tetapi hanya memberikan gambaran bahwa
bimbingan dan konseling islam adalah membantu seseorang atau klien(dalam
hal ini siswa) dalam membantu pemberian kecerahan batin sesuai dengan jiwa
dan ajaran agama. Maka dengan demikian, terbimbing perlu di beri ”insight”
(kemampuan melihat rangkaian problema yang dihadapi) sebab ia menderita
penyakit kejiwaan (mental ielness) yang mengganggu ketenangan kehidupan
rohaniahnya dan sebagainya.
Aunur Rahim Faqih (2001) dalam bukunya Bimbingan dan Konseling
dalam Islam, menjelaskan manusia memerlukan pemenuhan kebutuhan
rohaniah dalam arti psikologis. Seperti telah diketahui, manusia di anugerahi
kemampuan rohaniah (psikologis) pendengaran,penglihatan dan kalbu, atau
kemampuan cipta rasa dan karsa. Secara luas untuk hidup bahagia, manusia
memerlukan keadaan mental psikologis yang baik (selaras, seimbang).
Dalam kehidupan nyata, baik karna faktor internal maupun eksternal,
apa yang diperlukan manusia bagi psikologisnya itu bisa tidak terpenuhi atau
dicari dengan cara yang tidak selaras dengan ketentuan dan petunjuk Alloh.
Dalam kehidupan akan muncul rasa ketakutan yang tergolong berkaitan
dengan segi psikologis. Disisi lain, kondisi psikologis manusia pun (sifat,
sikap) ada juga yang lemah dan memiliki kekurangan.
Handoko (UMS, 2007) Fungsi BK Islami dalam Meningkatkan Minat
Belajar Siswa di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta menyimpulkan bimbingan
konseling Islami di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta dalam menjalankan
aktifitasnya bekerjasama dengan guru pendidikan agama Islam, dengan materi
akhlakul karimah. Dengan demikian bimbingan dan konseling Islami lebih
menekankan pada pembinaan akhlak siswa agar menjadi siswa yang taat pada
agama
Erwin kurniawan (UMS, 2009) dalam skripsinya yang berjudul Peran
Guru Pamong Dalam Bimbingan Dan Konseling Islami Di SMP Islam
Terpadu At- Taqwa Miri Sragen, menyimpulkan bahwa proses bimbingan dan
konseling Islami yang dilakukan oleh guru telah berjalan dengan baik dan
maksimal. Hal ini bisa dilihat dengan sedikitnya para siswa yang mengalami
kesulitan belajar dan banyaknya siswa yang sadar untuk beribadah kepada
Alloh dan telah mengaplikasikan akhlak–akhlak mulia serta dapat
menyelesaikan masalah pribadinya.
Jadi di sini jelas berbeda dengan yang penulis bahas, karena penulis
akan membahas tentang penerapan bimbingan dan konseling Islami.
Sedangkan yang dibahas oleh saudara Handoko tentang fungsi BK Islami
dalam meningkatkan minat belajar siswa. Adapun yang dibahas oleh saudara
Erwin Kurniawan tentang peran guru pamong dalam bimbingan konseling
Islami
Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan konseling
Islami diperlukan untuk membantu manusia agar dalam memenuhi kebutuhan
psikologisnya dapat senantiasa selaras dengan ketentuan petunjuk Alloh Swt.
6. Metode Penelitian
Usaha untuk melakukan sebuah penelitian, diperlukan suatu metode
yang tersusun secara sistematis dengan tujuan agar data yang diperoleh valid
sehingga penelitian ini layak untuk diuji kebenaranya.
Jenis penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (Field Research), yaitu
suatu penelitian untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang
sekarang dan lingkungan suatu unit, sosial, individu, kelompok, dan lembaga
kemasyarakatan (Suryabrata, 1993: 23).
Pendekatan yang penulis gunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah
pendekatan kualitatif. Menurut (Moloeng, 1995: 65) pendekatan kualitatif
yaitu penelitian yang prosedurnya menghasilkan data deskriptif berupa kata –
kata tertulis atau lisan dari orang – orang dan pelaku yang di amati.
1) Sumber Data
Untuk memudahkan penulis memperoleh data dalam penelitian ini,
maka penulis memerlukan sumber data. Yang dimaksud dengan sumber data
dalam penelitian ini adalah subjek dimana data diperoleh (Arikunto, 1993:
114 ).
a. Data Primer
Siswa – siswi SMP Muhammadiyah 4 Surakarta dengan jumlah sampel
yang dipakai dalam penelitian 36 siswa, guru tenaga dan petugas
bimbingan dan konseling. Merekalah yang menjadi subjek dan responden
dalam penelitian ini .
b. Data Sekunder
Data sekunder disini mencakup kepala sekolah, tenaga administrasi, dan
dokumentasi sekolah
2) Metode pengumpulan data
Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan beberapa metode
1. Metode interview
Interview yang sering juga disebut sebagai wawancara atau
kuisioner lisan adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara
untuk memperoleh informasi dari terwawancara (Arikunto, 1999: 145).
Interview adalah metode tanya - jawab untuk menyelidiki
pengalaman, perasaan, motif serta motivasi. Metode interview ini
penulis gunakan untuk mengetahui tentang penerapan bimbingan dan
konseling Islami di SMP Muhammadiyah 4 Surakarta.
Adapun dalam pelaksanaanya, penulis menggunakan interview
terpimpin. Artinya dalam pelaksanaan interview, pewawancara
membawa pedoman yang hanya merupakan garis–garis besar tentang
hal- hal yang akan ditanyakan tentang bentuk pelaksanaan dari
penerapan bimbingan konseling Islami di SMP Muhammadiyah 4
Surakarta.
2. Metode Observasi
Metode observasi adalah metode yang dilakukan dengan cara
pengamatan atau pencatatan dengan sistematis tentang fenomena yang
diselidiki. Seperti yang dikatakan Suharsimi Arikunto ( 1999: 131),
bahwa observasi disebut pula dengan pengamatan yang meliputi
kegiatan pemusatan perhatian terhadap objek dengan menggunakan
seluruh indera. Metode ini digunakan untuk mengetahui letak
geografis atau posisi sekolah SMP Muhammadiyah 4 Surakarta.
3. Metode Dokumentasi
Dokumentasi yaitu setiap bahan tertulis ataupun film, baik
dokumen resmi maupun pribadi (S.Nasution,1998:85). Metode ini
digunakan untuk memperoleh data sebagai pelengkap data yang
diperoleh dari hasil wawancara.
4. Metode Angket
Metode angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti
laporan tentang pribadinya atau hal- hal yang diketahui (Arikunto,
1992: 124). Angket dapat dibedakan dua jenis dipandang dari cara
menjawab :
a. Angket terbuka: adalah angket yang memberi kesempatan kepada
responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri
b. Angket tertutup: adalah angket yang sudah disediakan jawabanya
sehingga responden tinggal memilih.
Dalam penelitian ini menggunakan angket tertutup, metode ini
digunakan untuk memperoleh data tentang penerapan bimbingan dan
konseling Islami di SMP Muhammadiyah 4 Surakarta
3) Metode Analisis Data
Data yang diperoleh melalui pengumpulan data masih merupakan data
yang mentah. Untuk menjadikan data yang masih mentah tersebut menjadi
matang dan dapat dipertanggung jawabkan kebenaranya, perlu diolah dengan
beberapa metode. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode
kualitatif. Dengan menganalisa data-data yang terkumpul peneliti
menggunakan metode analisis non statistik, yaitu dengan cara berfikir :
a. Induktif: Metode induktif merupakan metode pembahasan masalah yang
bertolak dari pengumpulan fakta suatu masalah, kemudian fakta-fakta
yang senada diambil konklusinya untuk dijadikan standar. Metode
induktif adalah metode pembahasan masalah yang berangkat dari fakta -
fakta atau peristiwa-peristiwa yang khusus dan kongkrit itu
digeneralisasikan yang mempunyai sifat umum (Sutrisno, 1993: 42).
b. Deduktif: Metode deduktif adalah metode yang berpangkal dari suatu
proposisi umum yang sebenarnya telah diketahui atau diyakini dan
berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih
khusus (Kusdiyanto,1997:10).
7. Sistematika pembahasan
Bab 1 Pendahuluan, Mengemukakan tentang latar belakang, penegasan
istilah, fungsi bimbingan konseling Islami, faktor-faktor bimbingan konseling
Islami
Bab 2 Bimbingan Konseling Islami, Memuat tentang definisi
bimbngan konseling Islami, bimbingan dan konseling Islami, fungsi
bimbingan konseling Islami, faktor – faktor bimbingan konseling Islami,
penerapan bimbingan konseling Islami
Bab 3 Gambaran Umum Sekolah dan Penerapan Bimbingan Dan
Konseling Islami Di SMP Muhammadiyah 4 Surakarta
Bab ini berisi tentang
A. Gambaran umum SMP Muhammadiyah 4 Surakarta mencakup:
letak geografis, keadaaan siswa, keadaan pengajar, struktur organisasi SMP
Muhammadiyah 4 surakarta
B. Bimbingan dan konseling di SMP Muhammadiyah 4 Surakarta
struktur organisasi BK, program kerja BK, fungsi BK, hambatan serta usaha -
usaha dan hasil yang dicapai .
Bab 4 Analisis Data
Bab 5 Penutup mencakup kesimpulan dan saran
Langganan:
Postingan (Atom)
Arsip
-
▼
2011
(16)
-
▼
Januari
(13)
- SETELAH ADA HADITS SHAHIH, TIDAK BOLEH MENGATAKAN ...
- SURAT DARI IBU YANG TERKOYAK HATINYA
- Penuntut Ilmu Tidak Boleh Futur, Tidak Boleh Putus...
- KEWAJIBAN ITTIBA' KEPADA RASULULLAH SHALLALLAHU 'A...
- MY PROFIL
- Radio Rodja
- Klik judul dari daftar arsip pada bagian paling ba...
- PELAKSANAAN BIMBINGAN DAN KONSELING ...
- PENERAPAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAMI DI SMP M...
- BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
- Ajaran Islam Yang Berkaitan Dengan Bimbingan Konse...
- BUKU BIMBINGAN KONSELING ISLAMI
- LINK DOWNLOAD BAHAN SKRIPSI BK
-
▼
Januari
(13)