Rabu, 26 Januari 2011

SETELAH ADA HADITS SHAHIH, TIDAK BOLEH MENGATAKAN MENGAPA ?

Oleh
Al-Hafizh Al-Imam As-Suyuthi


Diriwayatkan dari Utsman bin Umar, ia berkata : "Datang seorang laki-laki kepada Imam Malik untuk bertanya kepadanya tentang suatu masalah, maka Imam Malik berkata kepada laki-laki itu : 'Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda bagini dan begitu', lalu laki-laki itu berkata : 'Bagaimana pendapatmu ?'. Maka Imam Malik menjawab dengan firman Allah.
"Artinya : Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih". [An-Nuur : 63]
Diriwayatkan dari Ibnu Wahb, ia berkata : Imam Malik mengatakan : "Suatu fatwa yang telah difatwakan kepada manusia maka tak satupun manusia boleh mengatakan : "Mengapa engkau berfatwa seperti ini", melainkan cukup bagi mereka saat itu untuk mengetahui riwayat dan mereka rela dengan riwayat (hadits) itu".

Diriwayatkan dari Ishaq bin Isa, ia berkata : Aku mendengar Malik bin Anas mencela perdebatan dalam perkara agama, ia mengatakan : "Setiap kali datang kepada kami seseorang yang lebih pandai berdebat dari pada orang lain, maka kami membantah dengan apa yang dibawa malaikat Jibril 'Alaihis Salam kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam".

Diriwayatkan dari Ibnu Al-Mubarak, ia berkata : "Hendaknya yang engkau jadikan sandaran adalah atsar, dan ambillah dari fikiran apa yang dapat menafsirkan hadits itu untukmu"..

Diriwayatkan dari Yahya bin Dharis, ia berkata : Aku menyaksikan Sufyan ketika datang kepadanya seorang laki-laki, lalu laki-laki itu berkata : "Apa tuntutanmu kepada Abu Hanifah ?" Sufyan berkata : "Memangnya ada apa dengan dia, sesungguhnya aku telah mendengarnya berkata : "Aku berpegang kepada Kitabullah, jika tidak aku temui, maka aku akan berpegang pada Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Jika tidak ada aku temui dalam Kitabullah dan tidak pula dalam Sunnah Rasul, maka aku berpegang pada pendapat para sahabat beliau, aku akan mengambil pendapat di antara mereka yang aku kehendaki dan aku akan meninggalkan pendapat diantara mereka yang aku hendaki. Sedangkan jika perkara itu berakhir pada Ibrahim, Asy-Sya'bi, Ibnu Sirin, Al-Hasan, Atha, Ibnu Al-Musayyab dan beberapa orang lainnya yang berijtihad maka saya akan berijtihad pula sebagaimana mereka berijtihad".

Diriwayatkan dari Ar-Rabi', ia berkata : Pada suatu hari Imam Syafi'i meriwayatkan suatu hadits, maka berkatalah seorang laki-laki kepadanya : "Apakah engkau berpegang pada ini wahai Abu Abdullah?", maka berkata Imam Syafi'i : "Jika diriwayatkan kepadaku suatu hadits yang shahih dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kemudian aku tidak berpegang kepadanya, maka aku bersaksi kepada kalian bahwa akalku telah hilang".

Diriwayatkan dari Ar-Rabi', ia berkata : Aku mendengar Imam Syafi'i berkata : "Jika kalian dapatkan dalam kitabku (tulisanku) sesuatu yang bertentangan dengan Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam maka berpeganglah kalian kepada Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan tinggalkanlah apa yang telah aku ucapkan".

Diriwayatkan dari Mujtahid, tentang firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.
"Artinya : Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah dan Rasul-(Nya)". [An-Nisaa : 59].
Ia berkata : "Kepada Allah artinya adalah kepada Kitabullah, sedangkan kepada Rasul artinya adalah kepada Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam".

Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dan Ad-Darimi, dari Abu Dzar, ia berkata : "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan kepada kita agar kita tidak dikalahkan dalam memerintahkan kepada kebaikan dan mencegah perbuatan mungkar dan agar kita mengajarkan As-Sunnah kepada mausia".

Diriwayatkan dari Umar bin Khaththab Radhiyallahu 'anhu, ia berkata : "Pelajarilah As-Sunnah, ilmu fara'idh dan ilmu membaca sebagaimana kalian mempelajari Al-Qur'an".

Diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud, bahwa ia berkata : "Wahai menusia sekalian hendaklah kalian mempelajari ilmu itu sebelum ilmu itu diangkat, karena dianggkatnya ilmu adalah dengan dimatikannya para ahli ilmu (para ulama). Jauhilah oleh kalian perbuatan baru (bid'ah), dan hendaklah kalian berpegang pada yang lama (As-Sunnah), karena sesungguhnya pada akhir kehidupan umat ini akan ada golongan-golongan manusia yang mana mereka menduga bahwa mereka menyeru kepada Kitabullah tetapi sebenarnya mereka telah meninggalkan Kitabullah di belakang punggung mereka". [Hadist Riwayat Darimi]

[Disalin dari buku Miftahul Jannah fii Al-Ihtijaj bi As-Sunnah, edisi Indonesia KUNCI SURGA Menjadikan Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam Sebagai Hujjah oleh Al-Hafizh Al-Imam As-Suyuthi terbitan Darul Haq, hal. 108-111 penerjemah Amir Hamzah Fachruddin]

SURAT DARI IBU YANG TERKOYAK HATINYA

Anaku….
Ini surat dari ibu yang tersayat hatinya. Linangan air mata bertetesan deras menyertai tersusunnya tulisan ini. Aku lihat engkau lelaki yang gagah lagi matang. Bacalah surat ini. Dan kau boleh merobek-robeknya setelah itu, seperti saat engkau meremukkan kalbuku sebelumnya.

Sejak dokter mengabari tentang kehamilan, aku berbahagia. Ibu-ibu sangat memahami makna ini dengan baik. Awal kegembiraan dan sekaligus perubahan psikis dan fisik. Sembilan bulan aku mengandungmu. Seluruh aktivitas aku jalani dengan susah payah karena kandunganku. Meski begitu, tidak mengurangi kebahagiaanku. Kesengsaraan yang tiada hentinya, bahkan kematian kulihat didepan mataku saat aku melahirkanmu. Jeritan tangismu meneteskan air mata kegembiraan kami.

Berikutnya, aku layaknya pelayan yang tidak pernah istirahat. Kepenatanku demi kesehatanmu. Kegelisahanku demi kebaikanmu. Harapanku hanya ingin melihat senyum sehatmu dan permintaanmu kepada Ibu untuk membuatkan sesuatu.

Masa remaja pun engkau masuki. Kejantananmu semakin terlihat, Aku pun berikhtiar untuk mencarikan gadis yang akan mendampingi hidupmu. Kemudian tibalah saat engkau menikah. Hatiku sedih atas kepergianmu, namun aku tetap bahagia lantaran engkau menempuh hidup baru.

Seiring perjalanan waktu, aku merasa engkau bukan anakku yang dulu. Hak diriku telah terlupakan. Sudah sekian lama aku tidak bersua, meski melalui telepon. Ibu tidak menuntut macam-macam. Sebulan sekali, jadikanlah ibumu ini sebagai persinggahan, meski hanya beberapa menit saja untuk melihat anakku.

Ibu sekarang sudah sangat lemah. Punggung sudah membungkuk, gemetar sering melecut tubuh dan berbagai penyakit tak bosan-bosan singgah kepadaku. Ibu semakin susah melakukan gerakan.

Anakku…
Seandainya ada yang berbuat baik kepadamu, niscaya ibu akan berterima kasih kepadanya. Sementara Ibu telah sekian lama berbuat baik kepada dirimu. Manakah balasan dan terima kasihmu pada Ibu ? Apakah engkau sudah kehabisan rasa kasihmu pada Ibu ? Ibu bertanya-tanya, dosa apa yang menyebabkan dirimu enggan melihat dan mengunjungi Ibu ? Baiklah, anggap Ibu sebagai pembantu, mana upah Ibu selama ini ?

Anakku..
Ibu hanya ingin melihatmu saja. Lain tidak. Kapan hatimu memelas dan luluh untuk wanita tua yang sudah lemah ini dan dirundung kerinduan, sekaligus duka dan kesedihan ? Ibu tidak tega untuk mengadukan kondisi ini kepada Dzat yang di atas sana. Ibu juga tidak akan menularkan kepedihan ini kepada orang lain. Sebab, ini akan menyeretmu kepada kedurhakaan. Musibah dan hukuman pun akan menimpamu di dunia ini sebelum di akhirat. Ibu tidak akan sampai hati melakukannya,

Anakku…
Walaupun bagaimanapun engkau masih buah hatiku, bunga kehidupan dan cahaya diriku…

Anakku…
Perjalanan tahun akan menumbuhkan uban di kepalamu. Dan balasan berasal dari jenis amalan yang dikerjakan. Nantinya, engkau akan menulis surat kepada keturunanmu dengan linangan air mata seperti yang Ibu alami. Di sisi Allah, kelak akan berhimpun sekian banyak orang-orang yang menggugat.

Anakku..
Takutlah engkau kepada Allah karena kedurhakaanmu kepada Ibu. Sekalah air mataku, ringankanlah beban kesedihanku. Terserahlah kepadamu jika engkau ingin merobek-robek surat ini. Ketahuilah, “Barangsiapa beramal shalih maka itu buat dirinya sendiri. Dan orang yang berbuat jelek, maka itu (juga) menjadi tanggungannya sendiri”.

Anakku…
Ingatlah saat engkau berada di perut ibu. Ingat pula saat persalinan yang sangat menegangkan. Ibu merasa dalam kondisi hidup atau mati. Darah persalinan, itulah nyawa Ibu. Ingatlah saat engkau menyusui. Ingatlah belaian sayag dan kelelahan Ibu saat engkau sakit. Ingatlah ….. Ingatlah…. Karena itu, Allah menegaskan dengan wasiat : “Wahai, Rabbku, sayangilah mereka berdua seperti mereka menyayangiku waktu aku kecil”.

Anakku…
Allah berfirman: “Dan dalam kisah-kisah mereka terdapat pelajaran bagi orang-orang berakal” [Yusuf : 111]

Pandanglah masa teladan dalam Islam, masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam masih hidup, supaya engkau memperoleh potret bakti anak kepada orang tua.

KISAH TELADAN KEPADA ORANG TUA
Sahabat Abu Hurairah sempat gelisah karena ibunya masih dalam jeratan kekufuran. Dalam shahih Muslim disebutkan, dari Abu Hurairah, ia bercerita.

Aku mendakwahi ibuku agar masuk Islam. Suatu hari aku mengajaknya untuk masuk Islam, tetapi dia malah mengeluarkan pernyataan tentang Nabi yang aku benci. Aku (pun) menemui Rasulullah dalam keadaan menangis. Aku mengadu.

“Wahai Rasulullah, aku telah membujuk ibuku untuk masuk Islam, namun dia menolakku. Hari ini, dia berkomentar tentang dirimu yang aku benci. Mohonlah kepada Allah supaya memberi hidayah ibu Abu Hurairah”. Rasulullah bersabda : “Ya, Allah. Tunjukilah ibu Abu Hurairah”. Aku keluar dengan hati riang karena do’a Nabi. Ketika aku pulang dan mendekati pintu, maka ternyata pintu terbuka. Ibuku mendengar kakiku dan berkata : “Tetap di situ Abu Hurairah”. Aku mendengar kucuran air. Ibu-ku sedang mandi dan kemudian mengenakan pakaiannya serta menutup wajahnya, dan kemudian membuka pintu. Dan ia berkata : “Wahai, Abu Hurairah ! Asyhadu an Laa Ilaaha Illa Allah wa Asyhadu Anna Muhammadan Abduhu wa Rasuluhu”. Aku kembali ke tempat Rasulullah dengan menangis gembira. Aku berkata, “Wahai, Rasulullah, Bergembiralah. Allah telah mengabulkan do’amu dan menunjuki ibuku”. Maka beliau memuji Allah dan menyanjungNya serta berkomentar baik” [Hadits Riwayat Muslim]

Ibnu Umar pernah melihat lelaki menggendong ibunya dalam thawaf. Ia bertanya : “Apakah ini sudah melunasi jasanya (padaku) wahai Ibnu Umar?” Beliau menjawab : “Tidak, meski hanya satu jeritan kesakitan (saat persalinan)”.

Zainal Abidin, adalah seorang yang terkenal baktinya kepada ibu. Orang-orang keheranan kepadanya (dan berkata) : “Engkau adalah orang yang paling berbakti kepada ibu. Mengapa kami tidak pernah melihatmu makan berdua dengannya dalam satu talam”? Ia menjawab,”Aku khawatir tanganku mengambil sesuatu yang dilirik matanya, sehingga aku durhaka kepadanya”.

Sebelumnya, kisah yang lebih mengharukan terjadi pada diri Uwais Al-Qarni, orang yang sudah beriman pada masa Nabi, sudah berangan-angan untuk berhijrah ke Madinah untuk bertemu dengan Nabi. Namun perhatiannya kepada ibunya telah menunda tekadnya berhijrah. Ia ingin bisa meraih surga dan berteman dengan Nabi dengan baktinya kepada ibu, kendatipun harus kehilangan kemuliaan menjadi sahabat Beliau di dunia.

Dalam shahih Muslim, dari Usair bin Jabir, ia berkata : Bila rombongan dari Yaman datang, Umar bin Khaththab bertanya kepada mereka : “Apakah Uwais bin Amir bersama kalian ?” sampai akhirnya menemui Uwais. Umar bertanya, “Engkau Uwais bin Amir?” Ia menjawa,”Benar”. Umar bertanya, “Engkau dari Murad kemudian beralih ke Qarn?” Ia menjawab, “Benar”. Umar bertanya, “Engkau punya ibu?”. Ia menjawab, “Benar”. Umar (pun) mulai bercerita, “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Akan datang pada kalian Uwais bin Amir bersama rombongan penduduk Yaman yang berasal dari Murad dan kemudian dari Qarn. Ia pernah tertimpa lepra dan sembuh total, kecuali kulit yang sebesar logam dirham. Ia mempunyai ibu yang sangat dihormatinya. Seandainya ia bersumpah atas nama Allah, niscaya aku hormati sumpahnya. Mintalah ia beristighfar untukmu jika bertemu”.

(Umar berkata), “Tolong mintakan ampun (kepada Allah) untukku”. Maka ia memohonkan ampunan untukku. Umar bertanya, “Kemana engkau akan pergi?”. Ia menjawab, “Kufah”. Umar berkata, “Maukah engkau jika aku menulis (rekomendasi) untukmu ke gubernurnya (Kufah)?” Ia menjawab, “Aku lebih suka bersama orang yang tidak dikenal”.

Kisah lainnya tentang bakti kepada ibu, yaitu Abdullah bin Aun pernah memanggil ibunya dengan suara keras, maka ia memerdekakan dua budak sebagai tanda penyesalannya.

KISAH KEDURHAKAAN KEPADA ORANG TUA
Diceritakan ada lelaki yang sangat durhaka kepada sang ayah sampai tega menyeret ayahnya ke pintu depan untuk mengusirnya dari rumah. Sang ayah ini dikarunia anak yang lebih durhaka darinya. Anak itu menyeret bapaknya sampai kejalanan untuk mengusirnya dari rumahnya. Maka sang bapak berkata : “Cukup… Dulu aku hanya menyeret ayahku sampai pintu depan”. Sang anak menimpali : “Itulah balasanmu. Adapun tembahan ini sebagai sedekh dariku!”.

Kisah pedih lainnya, seorang Ibu yang mengisahkan kesedihannya : “Suatu hari istri anakku meminta suaminya (anakku) agar menempatkanku di ruangan yang terpisah, berada di luar rumah. Tanpa ragu-ragu, anakku menyetujuinya. Saat musim dingin yang sangat menusuk, aku berusaha masuk ke dalam rumah, tapi pintu-pintu terkunci rapat. Rasa dingin pun menusuk tubuhku. Kondisiku semakin buruk. Anakku ingin membawaku kesuatu tempat. Perkiraanku ke rumah sakit, tetapi ternyata ia mencampakkanku ke panti jompo. Dan setelah itu tidak pernah lagu menemuiku”

Sebagai penutup, kita harus memahami bahwa bakti kepada orang tua merupakan jalan lempang dan mulia yang mengantarkan seorang anak menuju surga Allah. Sebaliknya, kedurhakaan kepada mereka, bisa menyeret sang anak menuju lembah kehinaan, neraka.

Hati-hatilah, durhaka kepada orang tua, dosanya besar dan balasannya menyakitkan. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Artinya : Akan terhina, akan terhina dan akan terhina!” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullahj, siapakah gerangan ?” Beliau bersabda, “Orang yang mendapati orang tuanya, atau salah satunya pada hari tuanya, namun ia (tetap) masuk neraka” [Hadits Riwayat Muslim]

[Diadaptasi dari Idatush Shabirin, oleh Abdullah bin Ibrahim Al-Qa’rawi dan Ilzam Rijlaha Fatsamma Al-Jannah, oleh Shalihj bin Rasyid Al-Huwaimil]

[Disalin dari Majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun VIII/1425/2005M. Penerbiit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km 8 Selokaton Gondangrejo – Solo 57183]

Penuntut Ilmu Tidak Boleh Futur, Tidak Boleh Putus Asa Dan Waspada Terhadap Bosan

Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas



Seorang penuntut ilmu tidak boleh futur dalam usahanya untuk memperoleh dan mengamalkan ilmu. Futur yaitu rasa malas, enggan, dan lamban dimana sebelumnya ia rajin, bersungguh-sungguh, dan penuh semangat.

Futur adalah satu penyakit yang sering menyerang sebagian ahli ibadah, para da’i, dan penuntut ilmu. Sehingga seseorang menjadi lemah dan malas, bahkan terkadang berhenti sama sekali dari melakukan aktivitas kebaikan.

Orang yang terkena penyakit futur ini berada pada tiga golongan, yaitu:

1). Golongan yang berhenti sama sekali dari aktivitasnya dengan sebab futur, dan golongan ini banyak sekali.

2). Golongan yang terus dalam kemalasan dan patah semangat, namun tidak sampai berhenti sama sekali dari aktivitasnya, dan golongan ini lebih banyak lagi.

3). Golongan yang kembali pada keadaan semula, dan golongan ini sangat sedikit. [1]

Futur memiliki banyak dan bermacam-macam sebab. Apabila seorang muslim selamat dari sebagiannya, maka sedikit sekali kemungkinan selamat dari yang lainnya. Sebab-sebab ini sebagiannya ada yang bersifat umum dan ada yang bersifat khusus.

Di antara sebab-sebab itu adalah.

1). Hilangnya keikhlasan.
2). Lemahnya ilmu syar’i.
3). Ketergantungan hati kepada dunia dan melupakan akhirat.
4). Fitnah (cobaan) berupa isteri dan anak.
5). Hidup di tengah masyarakat yang rusak.
6). Berteman dengan orang-orang yang memiliki keinginan yang lemah dan cita-cita duniawi.
7). Melakukan dosa dan maksiyat serta memakan yang haram.
8). Tidak mempunyai tujuan yang jelas (baik dalam menuntut ilmu maupun berdakwah).
9). Lemahnya iman.
10). Menyendiri (tidak mau berjama’ah).
11). Lemahnya pendidikan. [2]

Futur adalah penyakit yang sangat ganas, namun tidaklah Allah menurunkan penyakit melainkan Dia pun menurunkan obatnya. Akan mengetahuinya orang-orang yang mau mengetahuinya, dan tidak akan mengetahuinya orang-orang yang enggan mengetahuinya.

Di antara obat penyakit futur adalah.

1). Memperbaharui keimanan.
Yaitu dengan mentauhidkan Allah dan memohon kepada-Nya agar ditambah keimanan, serta memperbanyak ibadah, menjaga shalat wajib yang lima waktu dengan berjama’ah, mengerjakan shalat-shalat sunnah rawatib, melakukan shalat Tahajjud dan Witir. Begitu juga dengan bersedekah, silaturahmi, birrul walidain, dan selainnya dari amal-amal ketaatan.
2). Merasa selalu diawasi Allah Ta’ala dan banyak berdzikir kepada-Nya.
3). Ikhlas dan takwa.
4). Mensucikan hati (dari kotoran syirik, bid’ah dan maksiyat).
5). Menuntut ilmu, tekun menghadiri pelajaran, majelis taklim, muhadharah ilmiyyah, dan daurah-daurah syar’iyyah.
6). Mengatur waktu dan mengintrospeksi diri.
7). Mencari teman yang baik (shalih).
8). Memperbanyak mengingat kematian dan takut terhadap suul khatimah (akhir kehidupan yang jelek).
9). Sabar dan belajar untuk sabar.
10). Berdo’a dan memohon pertologan Allah. [3]

PENUNTUT ILMU TIDAK BOLEH PUTUS ASA DALAM MENUNTUT ILMU DAN WASPADA TERHADAP BOSAN

Sebab, bosan adalah penyakit yang mematikan, membunuh cita-cita seseorang sebesar sifat bosan yang ada pada dirinya. Setiap kali orang itu menyerah terhadap kebosanan, maka ilmunya akan semakin berkurang. Terkadang sebagian kita berkata dengan tingkah lakunya, bahkan dengan lisannya, “Saya telah pergi ke banyak majelis ilmu, namun saya tidak bisa mengambil manfaat kecuali sedikit.”

Ingatlah wahai saudaraku, kehadiran Anda dalam majelis ilmu cukup membuat Anda mendapatkan pahala. Bagaimana jika Anda mengumpulkan antara pahala dan manfaat? Oleh karena itu, janganlah putus asa. Ketahuilah, ada beberapa orang yang jika saya ceritakan kisah mereka, maka Anda akan terheran-heran. Di antaranya, pengarang kitab Dzail Thabaqaat al-Hanabilah. Ketika menulis biografi, ia menyebutkan banyak cerita unik beberapa orang ketika mereka menuntut ilmu.

‘Abdurrahman bin an-Nafis -salah seorang ulama madzhab Hanbali- dulunya adalah seorang penyanyi. Ia mempunyai suara yang bagus, lalu ia bertaubat dari kemunkaran ini. Ia pun menuntut ilmu dan ia menghafal kitab al-Haraqi, salah satu kitab madzhab Hanbali yang terkenal. Lihatlah bagaimana keadaannya semula. Ketika ia jujur dalam taubatnya, apa yang ia dapatkan?

Demikian pula dengan ‘Abdullah bin Abil Hasan al-Jubba’i. Dahulunya ia seorang Nashrani. Kelurganya juga Nashrani bahkan ayahnya pendeta orang-orang Nashrani sangat mengagungkan mereka. Akhirnya ia masuk Islam, menghafal Al-Qur-an dan menuntut ilmu. Sebagian orang yang sempat melihatnya berkata, “Ia mempunyai pengaruh dan kemuliaan di kota Baghdad.”

Demikian juga dengan Nashiruddin Ahmad bin ‘Abdis Salam. Dahulu ia adalah seorang penyamun (perampok). Ia menceritakan tentang kisah taubatnya dirinya: Suatu hari ketika tengah menghadang orang yang lewat, ia duduk di bawah pohon kurma atau di bawah pagar kurma. Lalu melihat burung berpindah dari pohon kurma dengan teratur. Ia merasa heran lalu memanjat ke salah satu pohon kurma itu. Ia melihat ular yang sudah buta dan burung tersebut melemparkan makanan untuknya. Ia merasa heran dengan apa yang dilihat, lalu ia pun taubat dari dosanya. Kemudian ia menuntut ilmu dan banyak mendengar dari para ulama. Banyak juga dari mereka yang mendengar pelajarannya.

Inilah sosok-sosok yang dahulunya adalah seorang penyamun, penyanyi dan ada pula yang Nashrani. Walau demikian, mereka menjadi pemuka ulama, sosok mereka diacungi jempol dan amal mereka disebut-sebut setelah mereka meninggal.

Jangan putus asa, berusahalah dengan sungguh-sungguh, mohonlah pertolongan kepada Allah dan jangan lemah. Walaupun Anda pada hari ini belum mendapatkan ilmu, maka curahkanlah terus usahamu di hari kedua, ketiga, keempat,.... setahun, dua tahun, dan seterusnya...[4]

Seorang penuntut ilmu tidak boleh terburu-buru dalam meraih ilmu syar’i. Menuntut ilmu syar’i tidak bisa kilat atau dikursuskan dalam waktu singkat. Harus diingat, bahwa perjalanan dalam menuntut ilmu adalah panjang dan lama, oleh karena itu wajib sabar dan selalu memohon pertolongan kepada Allah agar tetap istiqamah dalam kebenaran.

[Disalin dari buku Menuntut Ilmu Jalan Menuju Surga “Panduan Menuntut Ilmu”, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa, PO BOX 264 – Bogor 16001 Jawa Barat – Indonesia, Cetakan Pertama Rabi’uts Tsani 1428H/April 2007M]
__________
Foote Notes
[1]. Lihat al-Futur Mazhaahiruhu wa Asbaabuhu wal ‘Ilaaj (hal. 22).
[2]. Lihat al-Futur Mazhaahiruhu wa Asbaabuhu wal ‘Ilaaj (hal. 43-71).
[3]. Ibid (hal. 88-119) dengan diringkas.
[4]. Ma’aalim fii Thariiq Thalabil ‘Ilmi (hal. 278-279

KEWAJIBAN ITTIBA' KEPADA RASULULLAH SHALLALLAHU 'ALAIHI WA SALLAM

Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas


Agama Islam yang mulia ini dibangun di atas dua prinsip.
Pertama : Kita tidak boleh beribadah, melainkan hanya kepada Allah saja dan tidak mempersekutukanNya dengan sesuatu apapun.

Allah berirman :

قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَىٰ كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِّن دُونِ اللَّهِ ۚ فَإِن تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ

Katakanlah : “Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun, dan tidak (pula) sebagian menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah”. Jika mereka berpaling, maka katakanlah kepada mereka : “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”. [Ali Imran : 64].

Dalam ayat ini, Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk menyampaikan kepada Ahlul Kitab :

1. Agar mereka kembali kepada kalimat yang sama. Di dalam Taurat dan Injil, manusia diperintahkan untuk beribadah hanya kepada Allah saja, tidak kepada yang lain. Inilah kalimat yang sama, yang dibawa dan diserukan oleh seluruh nabi dan rasul yang Allah utus ke muka bumi ini, yaitu mentauhidkan Allah.

2. Kita tidak boleh mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun juga. Para nabi, mulai dari Nuh hingga Muhammad, dari Adam hingga Muhammad, semua mengajarkan kepada tauhid dan melarang dari perbuatan syirik. Allah Azza wa Jalla berfirman :

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ ۖ فَمِنْهُم مَّنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُم مَّنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلَالَةُ ۚ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ

Dan sesungguhnya kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu," maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah, bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)”. [an Nahl : 36].

وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ

Dan tidak Kami utus kepada kalian seorang rasul, kecuali Kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada ilah yang wajib diibadahi dengan benar kecuali hanya Aku, maka sembahlah Aku. [al Anbiyaa’: 25].

3. Tidak boleh pula, sebagian menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling, maka katakanlah kepada mereka : “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang Islam”. Dalam ayat yang lain disebutkan :

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا

Dan Rabb-mu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia, dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya, atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah", dan janganlah kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. [al Isra` : 23].

Kedua : Kita tidak boleh beribadah melainkan dengan apa yang telah Allah syariatkan di dalam kitabNya, atau yang telah disyariatkan dalam Sunnah NabiNya yang terpelihara, tidak dengan bid’ah dan tidak dengan hawa nafsu.
Allah berfirman:

وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya. [al Hasyr : 7]. [1]

Ayat-ayat al Qur`an yang menjelaskan tentang wajibnya ittiba’ kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sangatlah banyak. Menurut Imam Ahmad, ada 33 ayat. Sedangkan menurut Ibnu Taimiyah dalam Majmu Fatawa (XIX/83), bahwa Allah telah mewajibkan taat kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pada sekitar 40 ayat dalam a Qur`an.

Kita perlu membahas masalah ittiba’ karena masalah ini sangat penting, sudah banyak dilalaikan (diabaikan) oleh kaum Muslimin dan juga oleh para da’i. Baik ittiba’ dalam masalah aqidah, syariah (ibadah), akhlaq, dakwah, siyasah syar’iyyah, maupun yang lainnya. Karena dengan ittiba’, Allah menjamin kebahagiaan, kemenangan dan surga. Allah akan menjadikan kebinasaan, kehinaan, kerendahan, kehancuran bagi orang-orang yang tidak ittiba’ kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Ayat-ayat mulia dalam al Qur`an al Azhim yang berkenaan dengan ittiba`, di antaranya :

1. Allah Azza wa Jalla berfirman:

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Katakanlah : "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. [ali Imran : 31].

Imam Ibnu Katsir rahimahullah (wafat th. 774 H) berkata,”Ayat ini sebagai pemutus hukum bagi setiap orang yang mengaku mencintai Allah namun tidak mau menempuh jalan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, maka orang tersebut dusta dalam pengakuannya, sampai dia mengikuti syari’at dan agama yang dibawa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam semua ucapan dan perbuatannya. Sebagaimana terdapat dalam Shahih Bukhari dan Muslim, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

Barangsiapa yang beramal tanpa adanya tuntunan dari kami, maka amalan tersebut tertolak.[2]

Karena itu Allah berfirman “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosamu”. Kalian akan mendapatkan apa yang kalian minta, dari kecintaan kalian kepadaNya, yaitu kecintaan Allah kepada kalian, dan ini lebih besar daripada yang pertama, sebagaimana yang diucapkan oleh para ulama. Yang penting adalah, bukan bagaimana kalian mencintai, akan tetapi bagaimana kalian dicintai oleh Allah.

Yang pertama kita mencintai Allah dan yang kedua Allah mencintai kita. Menurut al Hafizh Ibnu Katsir, bahwa Allah mencintai kita itulah yang paling besar, bagaimana supaya kita bisa dicintai oleh Allah. Setiap kita bisa mencintai, namun tidak setiap kita bisa dicintai. Syarat untuk dapat dicintai oleh Allah adalah dengan ittiba` kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Imam Hasan Basri dan ulama salaf lainnya mengatakan, sebagian manusia mengatakan mencintai Allah, maka Allah menguji mereka dengan ayat ini. Orang-orang munafik mengucapkan cinta kepada Allah dan RasulNya, namun hatinya tidak demikian, karena mereka tidak mengikuti Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. [Tafsir Ibnu Katsir, I/384, Cet. Daarus Salaam, Th. 1413 H].

Ayat ini mengandung fadhilah (keutamaan) jika kita mengikuti Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Yaitu Allah akan mencintai kita, dan Allah akan mengampuni dosa-dosa kita.

2. Allah Azza wa Jalla berfirman:

قُلْ أَطِيعُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ ۖ فَإِن تَوَلَّوْا فَإِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْكَافِرِينَ

Katakanlah : “Taatilah Allah dan RasulNya. Jika kalian berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang yang kafir’’. [Ali Imran : 32].

Ayat ini mengandung makna, jika seseorang menyalahi perintah RasulNya atau tidak berittiba’ kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, maka dia telah kufur; dan Allah tidak menyukai orang yang memiliki sifat demikian, meskipun dia mengaku dan mendakwahkan kecintaannya kepada Allah, sampai ia mengikuti Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Seluruh jin dan manusia wajib untuk ittiba` kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, hingga seandainya Nabi Musa ditakdirkan hidup pada zaman Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, maka dia pun wajib ittiba’ kepada Nabi Muhammad. Demikian juga dengan Nabi Isa ketika turun ke bumi pada akhir zaman nanti, maka Nabi Isa wajib ittiba` kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Demikian ini menunjukkan, bahwa seluruh manusia wajib ittiba’ kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Katsir,”Dan Rasulullah n diutus untuk seluruh makhlukNya, baik golongan jin dan manusia. Kalau seandainya seluruh nabi dan rasul, bahkan seluruh Ulul ’Azmi dari para rasul, mereka hidup pada zaman Rasulullah n, maka mereka wajib ittiba’ kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, mengikuti syariat beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam.” [Tafsir Ibnu Katsir, I/384].

Sebagaimana yang terjadi pada zaman Umar bin Khaththab, ketika itu beliau Radhiyallahu 'anhu memegang dan membaca lembaran Taurat, maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

أَمُتَهَوِّكُوْنَ فِيْهَا يَا ابْنَ الْخَطَّابِ ؟ وَ الَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ ، لَقَدْ جِئْتُكُمْ بِهَا بَيْضَاءَ نَقِيَّةًً ، لاَ تَسْأَلُوْهُمْ عَنْ شَيْءٍ فَيُخْبِرُوْكُمْ بِحَقٍّ فَتُكَذِّبُوْا بِهِ ، أَوْ بِبَاطِلٍ فَتُصَدِّقُوْا بِهِ ، وَ الَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ ، لَوْ أَنَّ مُوْسَى كَانَ حَيّاً مَا وَسِعَهُ إِلاَّأَنْ يَتَّبِعَنِيْ

“Apakah engkau merasa ragu, wahai Umar bin Khaththab? Demi yang diri Muhammad ada di tangan Allah, sungguh aku telah membawa kepada kalian agama ini dalam keadaan putih bersih. Janganlah kalian tanya kepada mereka tentang sesuatu, sebab nanti mereka kabarkan yang benar, namun kalian mendustakan. Atau mereka kabarkan yang bathil, kalian membenarkannya. Demi yang diri Muhammad berada di tanganNya, seandainya Nabi Musa itu hidup, maka tidak boleh bagi dia, melainkan harus mengikuti aku”. [HR Ahmad, III/387; ad Darimi, I/115; dan Ibnu Abi ‘Ashim dalam Kitabus Sunnah, no. 50, dari sahabat Jabir bin Abdillah. Dan lafazh ini milik Ahmad. Derajat hadits ini hasan, karena memiliki banyak jalur yang saling menguatkan. Lihat Hidayatur Ruwah, I/136 no. 175]
.
Hadits ini memuat kandungan :
• Wajib bagi para nabi untuk ittiba’ kepada Rasulullah Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, seandainya mereka hidup pada zaman Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam,

• Jika para nabi saja wajib berittiba’ kepada Rasulullah Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam,, maka terlebih lagi bagi kaum muslimin, mereka harus berittiba` kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam,.

• Umar yang tidak diragukan keimanannya dan dijamin pasti masuk surga, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, tetap menegur ketika beliau Radhiyallahu 'anhu memegang kitab Taurat.

• Hendaknya kita lebih mengutamakan untuk mempelajari al Qur`an dan as Sunnah, memahami dan mengamalkannya, siang dan malam. Adapun untuk membantah Ahlul Kitab, cukup dengan al Qur`an, sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, dan para sahabatnya. Bagi mereka yang telah hafal dan memahami al Qur`an dengan benar, maka boleh bagi mereka membantah Ahlul Kitab dengan tujuan untuk mengajak mereka masuk ke dalam agama yang selamat ini, bukan dengan tujuan supaya dikatakan bahwa dia hebat, dapat mengalahkan orang lain, untuk berbangga diri. Namun tujuan kita dibolehkan mendebat mereka, agar mereka mendapatkan hidayah (masuk ke dalam Islam).

Allah berfirman :

وَلَا تُجَادِلُوا أَهْلَ الْكِتَابِ إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِلَّا الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْهُمْ ۖ وَقُولُوا آمَنَّا بِالَّذِي أُنزِلَ إِلَيْنَا وَأُنزِلَ إِلَيْكُمْ وَإِلَٰهُنَا وَإِلَٰهُكُمْ وَاحِدٌ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ

Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zhalim di antara mereka, dan Katakanlah: “Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya kepadaNya berserah diri”. [al Ankabuut:46].

3. Allah berfirman:

فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Maka demi Tuhan-mu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. [an Nisaa’ : 65].
Kandungan ayat :

• Seseorang tidak dikatakan beriman, sehingga mereka menjadikan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai hakim terhadap apa-apa yang diperselisihkan di antara sesama manusia.

• Diantara ciri-ciri orang yang beriman, mereka tidak merasa keberatan (kesempitan) terhadap apa yang telah ditetapkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Mereka menerima keputusan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dengan lapang dada.

• Orang yang beriman tunduk kepada keputusan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dengan setunduk-tunduknya.

• Syaikh Abdurrahman Nashir bin as Sa’di menjelaskan, bahwa di sini, tahkim (menjadikan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai hakim), kedudukannya sama dalam Islam. Menghilangkan kesempitan hati dalam menerima putusan hukum, kedudukannya sama dengan iman. Dan taslim (tunduk) kepada keputusan tersebut, kedudukannya sama dengan ihsan. [Taisir al Kariim ar Rahman fi Tafsir Kalamil Mannaan, hlm. 149, Cet. Mu’assasah ar Risalah, Th. 1417 H]

4. Allah Azza wa Jalla berfirman:

فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَن تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

Maka hendaklah (berhati-hati) orang-orang yang menyalahi perintah Rasulullah, takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih. [an Nuur : 63].

Al Hafizh Ibnu Katsir menerangkan: “Menyalahi perintah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, yaitu menyalahi jalan hidup beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam, manhaj (cara beragama), sunnah, syariatnya. Maka seluruh perkataan dan seluruh amal, harus ditimbang dengan perkataan dan perbuatan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Apa yang sesuai dengan perkataan dan perbuatan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, maka akan diterima oleh Allah. Dan apa yang tidak sesuai dengan perkataan dan perbuatan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, maka akan ditolak oleh Allah, siapapun yang melakukan perkataan dan perbuatan itu, serta apapun perkataan dan perbuatan itu. Meskipun dia ulama, atau seorang yang alim, jika perkataan dan perbuatannya menyelisihi perkataan dan perbuatan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, maka ia wajib ditolak dengan dasar hadits, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

Barangsiapa yang beramal tanpa adanya tuntunan dari kami, maka amalan tersebut tertolak.

Hendaknya berhati-hati orang yang menyelisihi syariat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam secara lahir dan batin. Mereka akan ditimpa fitnah di dalam hatinya, berupa kekufuran, kemunafikkan dan bid’ah, atau ditimpa dengan fitnah di dunia dengan dibunuh, diberi hukuman haad, dipenjara atau yang lainnya.

Yang dimaksud “menyalahi perintah” adalah, menyelisihi sunnah, jalan, manhaj, syariat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Semua perkataan dan perbuatan kita, harus ditimbang dengan perkataan dan perbuatan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Orang yang tidak berittiba’ kepada Rasulullah n, mengingkarinya dan menolaknya, akan terjatuh pada kekufuran, baik kufur yang besar (akbar) ataupun kufur yang kecil (ashghar), atau kemunafikan, atau bid’ah; dan ini merupakan pengaruh dari perbuatan dosa dan maksiat; maksiat kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memiliki pengaruh yang besar terhadap hati manusia, berupa kekufuran, kemunafikan, bid’ah; atau fitnah yang besar di dunia, yaitu berupa ancaman dibunuh, diberi hukuman had ataupun di penjara oleh Ulil Amri. [Tafsir Ibnu Katsir, III/338].

5. Allah Azza wa Jalla berfirman:

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) Hari Kiamat, dan dia banyak menyebut Allah. [al Ahzaab : 21].

Al Hafizh Ibnu Katsir mengatakan,”Ayat yang mulia ini sebagai prinsip yang besar untuk mencontoh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, baik perkataan, perbuatan dan segala keadaan beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam, baik berupa aqidah, syariah atau ibadah, akhlaq, dakwah, politik atau yang lainnya. Kita wajib berittiba’, tidak hanya dalam hal ibadah atau akhlaq beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam saja, akan tetapi harus menyeluruh.” [Tafsir Ibnu Katsir, III/522].

6. Allah Azza wa Jalla berfirman:

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَن يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ ۗ وَمَن يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُّبِينًا

Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu'min, apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan RasulNya, maka sungguhlah dia telah sesat dengan kesesatan yang nyata. [al Ahzaab: 36].

Ayat ini berlaku umum untuk seluruh kaum Mukminin terhadap setiap urusan mereka. Jika Allah dan RasulNya telah memutuskan suatu ketetapan, maka wajib baginya untuk mendengar dan taat.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 02/Tahun X/1427H/2006M Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km. 8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 08121533647, 08157579296]
_______
Footnote
[1]. Dinukil dari Iqtidha’ ash Shirathul Mustaqiim (II/373); al Qaulul Mufid fi Adillatit Tauhid, halaman 179 dengan sedikit tambahan.
[2]. HR Bukhari no. 2697, Muslim no. 1718, Abu Dawud no. 4606 dan Ibnu Majah no. 14 dari hadits Aisyah Radhiyallahu 'anha
[3]. HR Bukhari no. 2697, Muslim no. 1718, Abu Dawud no. 4606 dan Ibnu Majah no. 14 dari hadits Aisyah Radhiyallahu 'anha

MY PROFIL

Moch Khairuel Amien

Radio Rodja

http://www.radiorodja.com/live-streaming/

Minggu, 09 Januari 2011

Klik judul dari daftar arsip pada bagian paling bawah blog ini untuk membaca artikel lainnya

PELAKSANAAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAMI DI PROGRAM INKLUSI SD AL FIRDAUS SURAKARTA TAHUN 2008/2009

                                        Oleh:

                               Achmad Sudibyo

                               NIM: G000040084

                                           

                                           

                   FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

                                        2010


                                               BAB I

                                       PENDAHULUAN

                                                   

A.  Latar Belakang Masalah

              Manusia  pada  hakikatnya  diciptakan  dalam  keadaan  terbaik,  termulia,

     tersempurna      dibandingkan       dengan     makhluk      lainnya.   Seperti    yang     Allah

    jelaskan  dalam  surat  At  Tin  ayat  empat;  akan  tetapi  disamping  itu  manusia

    juga  memiliki  hawa  nafsu  dan  perangai  atau  sifat  tabiat yang buruk, misalnya

     suka    menuruti     hawa     nafsu,   aniaya,    membantah   dan   lain-lain.   Sehingga

     manusia  bisa  terjerumus  pada  lembah  kenistaan  sehingga  menjadi  serendah-

     rendahnya makhluk.

              Mengingat   berbagai   sifat   tersebut,   maka   diperlukan   adanya  upaya

     untuk   menjaga   agar   manusia   tetap   pada   hakekatnya   yang  pertama  yaitu

     manusia  dalam  sebaik-baik  makhluk  "ahsanitaqwim",  dan  tidak  terjerumus  ke

     dalam  kehinaan  atau  ke  asfal  taqwim  seperti  yang  Allah  lukiskan dalam surat

     At Tin.

      

                     

     
     Sesungguhnya  kami  Telah  menciptakan  manusia  dalam  bentuk  yang  sebaik-
     baiknya. Kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya
     (neraka),  Kecuali  orang-orang  yang  beriman  dan  mengerjakan  amal  saleh;
     Maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya. ( Q.S. At Tin, 95: 4-6)
     

     

     


Allah melukiskan pula dalam surat Al 'Ashr ayat 1-3.



Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali
orang-orang   yang   beriman   dan   mengerjakan   amal   saleh   dan   nasehat
menasehati   supaya   mentaati   kebenaran   dan   nasehat   menasehati   supaya
menetapi kesabaran. (Al ‘Ashr, 103: 1-3)
          

          Di  dalam  suatu  lembaga  pendidikan  telah  di  kenal  layanan  bimbingan

dan  konseling  untuk  menjaga  peserta  didik  agar  mereka  senantiasa  dalam

kondisi  yang  baik  dan  juga  untuk  membantu  perkembangan  mereka  supaya

optimal.

        Menurut (Faqih) bimbingan dan konseling Islami mempunyai fungsi:

 1.   Fungsi   preventif ;     yakni     membantu        individu    menjaga   atau   mencegah

     timbulnya masalah bagi peserta didik;

2.   Fungsi     kuratif     atau    korektif;    yaitu    membantu        individu    memecahkan

     masalah yang sedang dihadapi atau dialaminya;

3.   Fungsi  preservative ;  yaitu  membantu  individu  menjaga  agar  situasi  dan

     kondisi   yang   semula   tidak   baik   (mengandung   masalah)   menjadi   baik

     (terpecahkan) dan kebaikan itu bertahan lama;

4.   Fungsi     developmental         atau    pengembangan;         yaitu   membantu   individu

     memelihara  dan  mengembangkan  situasi  dan  kondisi  yang  telah  baik  agar

     tetap   baik   atau   menjadi  lebih  baik,  sehingga  tidak  memungkinkannya

     menjadi sebab munculnya masalah bagi peserta didik (Faqih, 2001: 37).



          Bimbingan  dan  konseling  merupakan  suatu  layanan  untuk  membantu

para  peserta  didik  agar  berkembang  optimal.  Tanpa  bimbingan  dan  bahkan

tanpa  pendidikan  formal,  sebenarnya  para  peserta  didik  tetap  berkembang,

tetapi    perkembangannya            belum      optimal.     Para     peserta     didik     sering    kali

menghadapi  sejumlah  hambatan,  kesulitan  atau  masalah  yang  tidak  dapat

mereka pecahkan sendiri. Mereka membutuhkan bantuan khusus dalam bentuk

layanan bimbingan dan konseling.

          

                                                

                                                                                                      

Keterangan:  Perbandingan  perkembangan  peserta  didik  tanpa  pendidikan  di
sekolah,   dengan   pendidikan   dan   dengan   bimbingan   (Sukmadinata   Nana
Syaodih, 2007: 71).
 
 
          SD   Al   Firdaus   menginternalisasikan   nilai-nilai   Islam   dalam   setiap

pelajaran.      Termasuk        dalam      menangani        anak-anak        berkebutuhan         khusus

(ABK).   Pelayanan   terhadap   ABK   tersebut   bisa   di   sebut   dengan   istilah


bimbingan  dan  konseling   Islami;  karena  pelayanannya  disesuaikan  dengan

nilai-nilai Islam. Adapun kategori ABK adalah sebagai berikut:

1.   Kesulitan Belajar (Learning Disabilities)

    Siswa  dengan  intelegensi  normal  atau  di  atas  normal  yang  mengalami

    kesenjangan     antara   potensi   intelektual   yang    mereka    miliki   dengan

    pencapaian  hasil  belajar.  Kesulitan  belajar  diklasifikasikan  menjadi  dua

    yaitu:

    a.  Development      Learning     Disabilities.   Kesulitan    jenis   ini   adalah

       penyimpangan yang  terjadi dalam fungsi-fungsi psikologis dan bahasa.

    b. Academic   Learning   Dissabilities.   Kesulitan   belajar   dalam   bidang

       akademik merujuk pada suatu keadaan yang menghambat proses belajar

       dalam bidang akademik. 

2.   Lamban Belajar (Slow Learning) 

    Siswa  yang  memilki kapasitas  intelektual di  bawah rata-rata tetapi  masih

    di atas tunagrahita atau retardasi mental. Mereka memiliki IQ sekitar 80-

    90.  Siswa  tersebut  memiliki  kecepatan  belajar  di  bawah  siswa  pada

    umumnya. 

3.   Berbakat Intelektual

    Siswa  yang  memiliki  kecerdasan  umum  (logis  matematis),  kreatifitas  dan

    komitmen     terhadap    tugas   cukup    tinggi.  Mereka     akan   mendapatkan

    program       pengayaan       dan     mengoptimalkan        potensinya      dengan

    menggunakan kurikulum non gradasi di bawah pengawasan gurubesar atau

    ahli kependidikan UNS.


            Anak-anak  yang  masuk  dalam  program  inklusi  SD  Al  Firdaus  adalah

    anak kesulitan belajar, autis, lamban belajar, kesulitan belajar, retardasi mental

    dan  anak  yang  mempunyai  gangguan  pemusatan  perhatian.  Guru  bimbingan

    dan   konseling   mengatagorikan   anak   yang   masuk   dalam   program   inklusi

    bekerja  sama  dengan  wali  murid  dan  para  wali  kelas.  Karena  wali  murid  dan

    wali   kelaslah  yang    mengetahui    persis  akan    kelebihan   dan   kekurangan

    kemampuan  anak.  Dalam  setiap  semester  wali  kelas  mengumpulkan  data

    tentang  kelebihan  dan  kekurangan  apa  yang  ada  pada  anak  didik.  Kemudian

    data  tersebut  diberikan  kepada  guru  BK  untuk  ditindak  lanjuti.  Oleh  karena

    keunggulan-keunggulan  yang  dimiliki  oleh  SD  Al  Firdaus  khususnya  dalam

    bidang  BK  inilah,  penulis  tertarik  untuk  mempelajari  lebih  jauh  bimbingan

    dan konseling Islami di SD Al Firdaus Surakarta ini.

B.  Penegasan Istilah

            Penegasan   istilah   dikemukakan   untuk   menghindari   kesalahpahaman

    pengertian  serta  memberi  gambaran  mengenai  ruang  lingkup  dalam  penelitian

    ini. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:

    1.   Pelaksanaan

                Pelaksanaan     artinya   adalah    proses   (Kamus     Besar    Bahasa

        Indonesia, 2005: 627).

    2.   Bimbingan

                Bimbingan adalah petunjuk cara melakukan sesuatu (Kamus Besar

        Bahasa Indonesia, 2005:  152)

                Sedangkan  menurut  Traxler,  …  Bimbingan  merupakan  bantuan
        yang    memungkinkan       tiap   individu   dapat   memahami      kemampuan-


     kemampuan   dan   minat-minatnya,   mengembangkan   diri  secara  optimal,
     menyesuaikan   diri   dengan   tuntutan   kehidupan,   dan   akhirnya   menjadi
     individu  utuh  dan  matang  yang  mampu  membimbing  diri  sendiri,  sebagai
     warga    yang     sesuai   dengan     harapan     masyarakat      (Sukmadinata       Nana
     Syaodih, 2007: 9).
              
3.   Konseling

              Konseling  adalah  pemberian  bantuan  oleh  konselor kepada konseli

     sedemikian  rupa  sehingga  pemahaman  terhadap  kemampuan  diri  sendiri

     meningkat  dalam  memecahkan  berbagai  masalah  (Kamus  Besar  Bahasa

    Indonesia, 2005: 588).

              Menurut  Good  (1945:  104),  konseling  merupakan  bantuan  yang

     bersifat  individual  dan  pribadi  untuk  mengatasi  masalah-masalah  pribadi,

     pendidikan  dan  vokasional,  dalam  bantuan  tersebut  semua  fakta  yang

     berkaitan  dengan  masalah  tersebut  dipelajari,  dianalisis  dan  berdasarkan

     hal-hal   tersebut     bantuan     pemecahan       masalah     dirumuskan,      seringkali

     dengan   meminta   bantuan   para   spesialis,   narasumber   di   sekolah   dan

     masyarakat,  menggunakan  wawancara  pribadi  yang  diarahkan  agar  klien

     dapat membuat keputusan sendiri”. 

4.   Islami

              Islami  adalah  bersifat  keislaman  (Kamus  Besar  Bahasa  Indonesia,

     2005: 444). Maksudnya adalah suatu perbuatan yang sejalan dengan ajaran

     Islam dan tidak bertentangan dengannya.

5.   Program

              Program  adalah  rancangan  mengenai  asas  serta  usaha  yang  akan

     dijalankan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005: 897).


6.   Inklusi

              Menurut  David  Smit  inklusi  adalah  pendidikan  yang  menampung
     semua      siswa    dengan      berbagai      kondisi,     baik    siswa     yang    memiliki
     kelemahan  fisik,  intelektual,  sosial,  emosional,  kesulitan  berbicara,  dan
     kondisi  lainnya.  Pendidikan  inklusif  juga  mewadahi  anak  cacat,  gifted
     child, anak jalanan dan pekerja, anak dari daerah terpencil dan nomaden,
     anak dari bahasa, etnis dan budaya minoritas, serta anak didik dari daerah
     konflik     atau    bencana      dan    anak    dari    daerah     atau    kelompok        yang
     termarjinalkan.           http://id.shvoong.com/books/1881196-inklusi-sekolah-
     ramah-untuk-semua/.  Di  SD  Al  Firdaus  terdapat  program  inklusi  yaitu
     program pusat pelayanan anak berkebutuhan khusus (PUSPA).
              
              
7.    SD Al Firdaus 

               SD  Al  Firdaus  adalah  lembaga  pendidikan  tingkat  dasar  sebagai

     kelanjutan  dari  jenjang  pendidikan  sebelumnya  yaitu  taman  pendidikan

     prasekolah   Al   Firdaus.   SD   Al   Firdaus   ini   pengelolaannya   di   bawah

     yayasan lembaga pendidikan Al Firdaus.

              Yayasan        lembaga       pendidikan       Al     Firdaus      adalah     lembaga

     pendidikan  Islam  terpadu  yang  mengembangkan  model  pendidikan  Islam

     berwawasan  sains  dan  teknologi, serta kewirausahaan. Jenjang pendidikan

     yang dikembangkan terdiri atas Play Group, Taman kanak-kanak, Sekolah

     Dasar,   Sekolah   Menengah   (SMP   dan   SMA)   dan   nantinya  Perguruan

     Tinggi.

              Kurikulum   yang   digunakan   adalah   kurikulum   Al   Firdaus   yang

     menginternalisasikan          nilai-nilai    emosional,       spiritual,     akademis       dan

     kewirausahaan berlandaskan Islamic Core.


C.  Rumusan Masalah

               Berdasarkan  latar  belakang  yang  telah  disebutkan  dapat  dirumuskan

     permasalahannya  yaitu:  Bagaimana  pelaksanaan  BK  Islami di Program inklusi

     SD Al Firdaus Surakarta ?

               

D.  Tujuan Penelitian

               Berdasarkan  rumusan  masalah  tersebut  maka  tujuan  dari  penelitian  ini

     adalah:  Untuk  mengetahui  pelaksanaan  BK  Islami  di  Program  Inklusi  SD  Al

     Firdaus Surakarta.

               

E.  Manfaat Penelitian

               Dengan       memperhatikan         tujuan      penelitian     tersebut     maka      dapat

     ditentukan manfaat penelitian adalah:

     1.   Secara teoritis

          Hasil    penelitian      ini   diharapkan       akan     berguna      sebagai      sumbangan

          pemikiran      bagi   dunia   pendidikan   Islam   khususnya   pada   bidang   BK

          Islami.

     2.   Secara praktis

          a.  Hasil    penelitian      ini    diharapkan        akan     berguna       sebagai      bahan

             pertimbangan  bagi  guru  BK  dalam  penanganan  klien  menuju  manusia

             yang kamil yang Islami.

          b.  Hasil   penelitian   ini   diharapkan   akan   berguna   sebagai   wacana   bagi

              semua pihak yang berkompeten terhadap BK Pendidikan Islami.

          

F.  Tinjauan Pustaka

            Berikut    ini  adalah    penelitian   sebelumnya     yang    dapat    penulis

    dokumentasikan sebagai kajian pustaka.

            Heny   Lesiawaty   dalam   skripsinya   yang   berjudul  Hubungan   Antar

    Sikap Terhadap Layanan Bimbingan Dan Konseling Dengan Prestasi Belajar

    Pada   Siswa   Kelas   Akselerasi   SMA   Muhammadiyah   1   Yogyakarta,   dia

    menyimpulkan:

    1.   Semakin  baik  atau  tinggi  sikap  siswa  terhadap  layanan  bimbingan  dan

        konseling   maka   akan   semakin   tinggi   prestasi   belajar   dan   sebaliknya

        semakin  buruk  atau  rendah  sikap  siswa  terhadap  layanan  bimbingan  dan

        konseling maka akan semakin rendah prestasi belajar siswa.

    2.   Sumbangan  efektif  dari  variable  sikap  terhadap  layanan  bimbingan  dan

        konseling  pada  proses  belajar  sebesar  30.3  %.  Hal  ini  berarti  masih  ada

        variable   lain  yang    mempengaruhi      prestasi   belajar,  misalnya    faktor

        lingkungan  akademik,  sarana  dan  prasarana  belajar,  faktor  keluarga,  serta

        minat untuk belajar.

            Santi  Peni  Hapsari  dalam  skripsinya  yang  berjudul Hubungan  Antara

    Persepsi    Terhadap     Fungsi   Bimbingan      dan   Konseling     Dengan     Minat

    Berkonsultasi  Siswa,  dia  menyimpulkan:  Semakin  tinggi  persepsi  terhadap

    fungsi  bimbingan  dan  konseling  maka  semakin  tinggi  minat  berkonsultasi

    siswa  sebaliknya  semakin  rendah  persepsi  terhadap  fungsi  bimbingan  dan

    konseling maka semakin rendah minat berkonsultasi siswa.



     Berdasarkan  dua  skripsi  di  atas,  nampak  belum  ada  yang  meneliti  tentang

     bimbingan dan konseling Islami di SD plus Al Firdaus Surakarta.

              

G.  Metode Penelitian

     1.   Jenis penelitian

         Jenis    penelitian      ini   adalah     penelitian     lapangan.      Penelitian     yang

         prosedurnya  menghasilkan  data  deskriptif  yang  berupa  kata-kata  tertulis

         atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Moleong, 1989: 3).

     2.   Pendekatan

         Pendekatan   yang   digunakan   adalah   pendekatan  deskriptif,  yaitu  suatu

         metode  penelitian  yang  digunakan  untuk  memperoleh  data  tentang  fakta-

         fakta  yang  terdapat  disuatu  obyek  tertentu  secara  menyeluruh  dan  teliti

         sesuai dengan persoalan yang akan dipecahkan (Iqbal Hasan, 2002: 33).

     3.   Subyek dan tempat  penelitian

         a.   Subyek penelitian ini adalah

              Subyek (responden) penelitian ini adalah kepala program inklusi, guru-

              guru BK dan anak didik program inklusi SD Al Firdaus Surakarta.

         b.   Tempat penelitian

              Pemilihan daerah penelitian dilakukan secara purposive yaitu di SD Al

              Firdaus Surakarta, yang beralamat di Jl.Yosodipuro 56 Surakarta.

     4.   Teknik pengumpulan data

         Teknik     yang    digunakan   penyusun   untuk   mengumpulkan   data   dalam

         penelitian ini adalah:



a.  Observasi

    Observasi  bisa  diartikan  sebagai  pengamatan  dan  pencatatan  secara

    sistimatik  fenomena-fenomena  yang  diselidiki  (Sutrisno,  1987:  136).

    Pengamatan   terhadap   gejala-gejala   subyek   yang   diteliti   ini   dapat

    dilakukan  secara  langsung  atau  tidak  langsung  dalam  situasi  yang

    sebenarnya  atau  situasi  buatan  (Marzuki,  1986:  60).  Sedangkan  yang

    digunakan dalam penelitian ini adalah observasi secara langsung dalam

    situasi   yang    sebenarnya.     Metode     observasi    digunakan     untuk

    mengamati  letak  geografis  SD  plus  Al  Firdaus  Surakarta,  struktur

    organisasi  dan  untuk  memperoleh  data  dari  guru  BK  dan  siswa  yang

    terlibat dalam proses pendidikan BK Islami.

b.   Metode interview

    Interview atau wawancara adalah cara pengumpulan data dengan jalan

    tanya-jawab     sepihak     yang    dilakukan     dengan     sistimatik   dan

    berlandaskan  pada  tujuan  penelitian  (Sutrisno,  1987:  193).  Dalam  hal

    ini  penyusun  menggunakan  jenis  interview  bebas  terpimpin  dengan

    cara  penginterview  membawa  pertanyaan-pertanyaan  yang  mengarah

    pada tujuan penelitian kepada interviewer. Akan tetapi cara pertanyaan

    ini   disampaikan   kepada   interviewer   suasana   atau   irama   interview

    diserahkan  kepada  kebijaksanaan  interviewer  (Sutrisno,  1987:  207).

    Penulis menggunakan metode ini untuk memperoleh data secara umum

    di  program  inklusi  SD  Al  Firdaus  Surakarta,  dan  masalah-masalah

    yang  berkaitan  dengan  pelaksanaan  bimbindan  dan  konseling  Islami di



        program  inklusi  SD  Al  Firdaus  Surakarta.  Metode    ini  disampaikan

        kepada kepada sekolah,  guru BK, wali murid program inklusi.

    c.   Dokumentasi

        Metode   dokumentasi   adalah   mencari   data   mengenai   hal-hal   yang

        variabelnya  berupa  catatan-catatan,  trankrip,  buku-buku,  surat  kabar,

        majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan lain-lain (Arikunto,

        1992:  200).  Metode  ini  digunakan  untuk  mendapatkan  data  berupa:

        letak   geografis,  jumlah    guru,   jumlah   siswa,   struktur   organisasi,

        fasilitas, sarana prasarana.

5.   Sumber data

    Data  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  yaitu  data  primer  dan  data

    sekunder.

    a.   Data primer

        Data  primer  penulis  peroleh  dari  hasil  wawancara  dengan  responden

        sebagai  suatu  untuk  mengetahui  pelaksanaan  bimbingan  dan konseling

        Islami di program inklusi SD Al Firdaus Surakarta.

    b.   Data sekunder

        Pengumpulan  data  sekunder  penulis  gunakan  untuk  memperoleh  data

        yang  berkaitan  langsung  dengan  proses  pelaksanaan  bimbingan  dan

        konseling  Islami  di  program  inklusi SD Al Firdaus Surakarta. Adapun

        data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

        1)  Data karyawan dan staf pengajar

        2)  Jumlah siswa


        3)   Sarana dan prasarana yang dimiliki

        4)  Profil SD

        5)   Struktur organisasi

        6)  Program pendukung pembelajaran individual

6.   Populasi dan sample

    a.   Populasi

        Populasi  adalah  keseluruhan  dari  obyek  penelitian  yang  cirri-cirinya

        akan diduga (Sutrisno Hadi, 1981: 63). Dalam penelitian ini yang akan

        dijadikan populasi adalah kepala program inklusi, seluruh staf pengajar

        dan  seluruh  siswa  program  inklusi  SD  Al  Firdaus  Surakarta.  Adapun

        rinciannya adalah sebagai berikut:

            Kepala program inklusi 1 orang

            Guru pendamping 11 orang

            Siswa program inklusi 11 anak

    b.   Sampel

        Sampel   adalah   bagian   atau   wakil   populasi   yang  diteliti.  Pedoman

        pengambilan   sampel   yaitu:   apabila  subyeknya  kurang  dari  seratus,

        maka   lebih   baik   diambil   semua   sehingga   penelitiannya   merupakan

        penelitian   populasi.   Tetapi   apabila   subyeknya     besar   maka    dapat

        diambil antara 15-20 % atau 20-25 % atau lebih (Arikunto, 993: 104).

        Dalam  penelitian  ini  seluruh  populasi  diteliti,  sehingga  penelitian  ini

        merupakan penelitian populasi.

7.   Analisis data



                Metode  analisis  data  adalah  usaha  untuk  menyeleksi,  menyusun  dan

         mereferensikan  data  yang  telah  masuk  dengan  tujuan  agar  data  tersebut

         dapat dimengerti isi dan metodenya (Mohammad Ali, 1982: 120).

                Dalam   menganalisa   data,   penulis   menggunakan   cara   pentahapan

         secara  berurutan  yang  terdiri  dari  tiga  alur  kegiatan  bersamaan  yaitu:

         pengumpulan  data  sekaligus  reduksi  data,  penyajian  data,  dan  penarikan

         kesimpulan  atau  verifikasi.  Pertama,  setelah  pengumpulan  data  selesai,

         terjadilah   reduksi   data   yaitu   suatu   bentuk   analisis   yang   menajamkan,

         menggolongkan,         mengarahkan,       membuang        yang     tidak    perlu,    dan

         mengorganisasikan  data  dengan  cara  sedemikian  rupa  hingga  kesimpulan-

         kesimpulan  finalnya  dapat  ditarik  dan  diverifikasikan.  Kedua,  data  yang

         telah   direduksi   akan   disajikan   dalam   bentuk   narasi   maupun   matriks.

         Ketiga,  penarikan  kesimpulan  dari  data  yang  telah  disajikan  pada  tahap

         yang kedua dengan mengambil kesimpulan pada tiap-tiap rumusan.

                Metode  analisa  yang  digunakan  dalam  menyusun  skripsi  ini  adalah

         analisis  deskriptif.  Analisis  deskriptif  adalah  analisa  data  yang  berfungsi

         untuk   mendeskripsikan   atau   memberi   gambaran   tentang   obyek   yang

         diteliti  melalui    sampel    sebagaimana       adanya    tanpa    membuat       analisis

         ataupun kesimpulan yang berlaku untuk umum (Sugiyono, 1999: 21).

H.  Sistematika Pembahasan

              Skripsi   ini   terdiri   dari   lima      bab.   Secara   garis   besar   sistematika

    penulisan skripsi ini dapat diuraikan sebagai berikut:



          Bab  I    pendahuluan,  berisikan  latar  belakang  masalah,  penegasan

istilah, rumusan      masalah, tujuan dan  manfaat penelitian, tinjauan pustaka,

metode penulisan dan sistematika pembahasan.

          Bab II landasan teori, bab ini berisi tentang:

1.   Definisi  bimbingan  dan  konseling  Islami,  fungsi  bimbingan  dan  konseling

     Islami,  faktor-faktor  bimbingan  dan  konseling  Islami,  tujuan  bimbingan

     dan konseling Islami, penerapan bimbingan dan konseling Islami.

2.   Pengertian program inklusi, faktor-faktor program inklusi, tujuan program

     inklusi.

          Bab   III   pelaksanaan   bimbingan   dan   konseling   Islami   di   Program

Inklusi SD Al Firdaus Surakarta, bab ini berisi tentang:

1.   Gambaran  umum  SD  Al  Firdaus  Surakarta,  mencakup:  letak  geografis,

     keadaan  siswa,  keadaan  pengajar  dan  struktur  organisasi  SD  Al  Firdaus

     Surakarta.

2.   Bimbingan   dan   konseling   Islami   di   Program   Inklusi   SD   Al   Firdaus

     Surakarta,  tujuan  bimbingan  dan  konseling  Islami,  fungsi  bimbingan  dan

     konseling  Islami,  faktor-faktor  bimbingan  dan  konseling  Islami,  hambatan

     serta usaha-usaha dan hasil yang dicapai.

          Bab IV analisis tentang pelaksanaan  bimbingan  dan  konseling Islami

di Program Inklusi SD Al Firdaus Surakarta.

          Bab V  penutup, mencakup: kesimpulan dan saran.

Sabtu, 08 Januari 2011

PENERAPAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAMI DI SMP MUHAMMADIYAH 4 SURAKARTA

                                                   
                                KHOLID 
                           NIM : G000 070077 


                  FAKULTAS AGAMA ISLAM 
  UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 
                             TAHUN 2010 






                                                                                          


                                          BAB I 


1.  Latar Belakang  Masalah 


            Bimbingan       dan   konseling   merupakan      salah  satu   komponen     dari 


    pendidikan, mengingat bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu kegiatan 


    bantuan   dan   tuntunan   yang   diberikan   kepada   individu   pada   umumnya,   dan 


    pada siswa pada khususnya di sekolah dalam rangka meningkatkan mutunya. 


    Hal ini sangat relevan jika dilihat dari perumusan bahwa pendidikan itu adalah 


    merupakan   usaha   sadar   yang   bertujuan   untuk   mengembangkan   kepribadian 


    dan    potensi-potensinya     (bakat,  minat,   dan   kemampuannya).       Kepribadian 


    menyangkut   masalah perilaku atau sikap   mental dan kemampuanya   meliputi 


    akademik      dan   keterampilan.    Tingkat   kepribadian    dan   kemampuan      yang 


    dimiliki,   oleh   seseorang   merupakan   suatu   gambaran   mutu   dari   orang   yang 


    bersangkutan. 


            Pada    masyarakat    yang   semakin    maju,   masalah   penemuan     identitas 


    pada    individu   menjadi   semakin    rumit.   Hal  ini  disebabkan    oleh   tuntutan 


    masyarakat      maju    kepada    anggota    –  anggotanya      menjadi    lebih  berat. 


    Persyaratan     untuk    di  terima   menjadi     anggota    masyarakat    bukan    saja 


    kematangan      fisik,  melainkan   juga  kemampuan      mental   psikologis,   kultural, 


    vokasional,    intelektual,  dan   religius.  Kerumitan    ini  terus  meningkat   pada 


    masyarakat   yang   sedang   membangun,   akan   merupakan   pula   tantangan   bagi 


    individu      atau    siswa.    Keadaan       semacam      inilah    yang     menuntut                                                                  


diselenggarakanya bimbingan dan konseling di sekolah (Ketut Sukardi, 2008: 


1-2). 


         Di    Indonesia,     kenyataan     menunjukan       bahwa    Islam    di   Indonsia 


mayoritas (85 %). Bagi umat Islam, pendekatan agama serta pendekatan yang 


Islami dari aspek kegiatan merupakan suatu jalan untuk mengamalkan ajaran 


Islam.   Pemecahan   masalah   kehidupan  dengan   pendekatan   Islami   merupakan 


suatu    jalan   yang   terbaik.   Oleh    sebab   itu,  bimbingan     yang    dilaksanakan 


berdasarkan Islam dengan unit  analysis need assessment (analisis kebutuhan 


obyek) akan lebih bermanfaat bagi obyek (Ridwan, 1998:  12). 


         Bimbingan       dan   konseling    Islami   adalah   suatu   layanan    yang   tidak 


hanya     mengupayakan        mental    yang    sehat   dan   hidup   bahagia     melainkan 


bimbingan   dan   konseling   Islami   juga   menuntut   ke   arah   hidup yang   sakinah, 


batin merasa tenang dan tentram karena selalu dekat dengan Alloh Swt. Faqih 


(2001:    14   –  20)  lebih   merinci   lagi  bahwa,    latar  belakang    bimbingan     dan 


konseling   Islami   seperti   uraian   di   atas   dapat   ditinjau   secara   mendalam   dari 


segi jasmani,    rohani,   individu, sosial dan budaya (Saring Marsudi Dkk, 2003: 


49 – 51). 


         Keadaan bimbingan dan konseling di sekolah yang mengatasnamakan 


Islam    tentunya    lebih  mengedapankan        pemahaman       nilai–nilai   Islam   dalam 


membimbing siswa dan tidak sebatas menangani permasalahan siswa dengan 


belajarnya   tetapi   lebih   kepada   penanganan   masalah   keagamaan   siswa   dalam 


hal menyentuh aspek qolbu siswa agar menjadi anak yang taat kepada Alloh 


Swt . 






                                                                                              


         Anak   –   anak   pada   tingkat   usia   SMP   telah   memasuki   pubertas   yang 


oleh para ahli psikologi seperti Rumke, R. Cassimir dan sebagainya dianggap 


masa   usia   di   mana   perasaan   keagamaan   mulai   terbentuk   dalam   pribadinya. 


Masa   pubertas   tersebut   dialami   oleh   mereka   sebagai   permulaan   timbulnya 


sturn    und    drang     (kegoncangan       batin)   yang    sangat    memerlukan        tempat 


perlindungan       jiwa    yang    mampu      memberikan        pengarahan      positif   dalam 


perkembangan   hidup   selanjutnya.   Arifin   (1976:   63,27)   menyebutkan   ada   2 


faktor    yang    menyebabkan        terjadinya    kegoncangan       yang    berdampak      pada 


kenakalan   remaja   yaitu   :   faktor   sekitar   atau   lingkungan   (environment)   dan 


faktor    kepribadian     (personality)     anak   sendiri.   Faktor    sekitar  terdiri   dari  : 


keadaan      ekonomi      masyarakat,     masa    /  daerah    peralihan,    keretakan     hidup 


keluarga,     pengaruh     teman    sebaya,    pengaruh     pelaksanaan      hukum.     Adapun 


faktor kepribadian terdiri dari: penyakit syaraf, penyakit jiwa, dorongan nafsu 


berlebihan,   penilaian   yang   tidak   tepat   terhadap   diri   sendiri   dan   orang   lain, 


pandangan terhadap diri sendiri yang negatif. 


         Disinilah     pentingnya     penggalian     konsep     bimbingan     konseling     yang 


Islami,   yang   menuntut   kearah   hidup   yang   sakinah,   batin   merasa   tenang   dan 


tentram   karena   selalu   dekat   dengan   Alloh   Swt.   Bimbingan   konseling   tidak 


hanya   terpecahkan   masalah   klien,   tetapi   meningkatkan   kesadaran   klien   serta 


menyiapkan klien agar mampu   melaksanakan tugas Kholifah Alloh di bumi. 


Bimbingan   konseling   Islami         mengarahkan       manusia   yang   dalam   kehidupan 


sehari   –   harinya   selalu   putus   asa,   kufur   dan   sombong,   dholim   dan   kufur, 


dholim dan bodoh, berkeluh kesah dan kikir, merugi menuju kehidupan yang 






                                                                                            


diridhoi Alloh dengan seluruh aspek prosesnya berlandaskan Islam (Alquran 


dan Alhadist) (Saring Marsudi Dkk, 2003:  54). 


         Bimbingan dan konseling Islami merupakan suatu layanan yang tidak 


hanya mengupayakan moral yang sehat dan hidup yang bahagia melainkan ke 


arah hubungan manusia kepada Alloh Swt (Marsudi, 2003:  51). 


         Dengan   diterapkanya   bimbingan   dan   konseling   Islami   yang   menitik 


beratkan      kepada     aspek    keagamaan       siswa.   Aspek      keagamaan      apabila 


dijalankan     dengan    sebaik   –  baiknya,   akan    mampu     mengangkat      kehidupan 


manusia      semakin     tinggi,   bukan    saja   dari   sisi  keduniawian       melainkan 


keakhiratan (Prayitno, 1997:  17). 


         SMP Muhammadiyah 4 Surakarta  adalah lembaga pendidikan formal 


di   kota   solo.   Di   sekolah   ini   layanan   bimbingan   dan   konseling   merupakan 


bagian yang tak terpisahkan dari keseluruhan kegiatan pendidikan di sekolah. 


Bimbingan konseling untuk membantu individu mewujudkan dirinya menjadi 


manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat, 


dan   mampu   mengatasi   masalah   yang   sedang   di   hadapinya.   Penulis   merasa 


tertarik untuk meneliti SMP Muhammadiyah 4 Surakarta, karena pelaksanaan 


bimbingan      dan   konseling   di   SMP   tersebut   dalam   menangani   permasalahan 


siswa   lebih   mengedepankan   rasa   kasih   sayang   kepada   siswanya   dan   tidak 


menggunakan   sanksi   /   hukuman   yang   bersifat   fisik.   Fungsi   bimbingan   dan 


konseling   sudah   berjalan   dengan   baik,   dilihat   dari   segi   minimnya   kenakalan 


siswa. Selain itu, setiap ada permasalahan, siswa langsung datang ke BK tanpa 


merasa takut karena adanya kedekatan antara BK dan siswa. 




                                                                                             


             Berdasarkan       uraian    di   atas   maka     penulis    memilih     judul    ” 


    PENERAPAN            BIMBINGAN          DAN     KONSELING          ISLAMI       DI   SMP 


    MUHAMMADIYAH 4 SURAKARTA ”. 


2.  Penegasan Istilah 


             Untuk    menghindari     kemungkinan      penafsiran    atau  interpretasi  yang 


    tidak dikehendaki terhadap serangkaian kata – kata pada judul skripsi yaitu : 


             Bimbingan:   Membantu   individu   untuk   memahami   dan   menggunakan 


    secara    luas   kesempatan     pendidikan,    dan   sebagai   bentuk   yang    sistematis 


    sebagai    siswa   dibantu    untuk   memperoleh     penyesuaian     diri  baik  terhadap 


    sekolah maupun kehidupan sehari – hari (Prayitno, 1999:  93). 


             Konseling:      Bantuan      yang     diberikan     kepada     individu    untuk 


    memecahkam         masalah    dalam    kehidupannya      dengan    wawancara,     ataupun 


    dengan     cara   yang   sesuai   dengan    keadaan    individu   yang   dihadapi   untuk 


    mencapai kesejahteraan hidupnya (Walgito, 1995:  5). 


             Bimbingan   dan   konseling   Islami:   pelayanan   bantuan   yang   diberikan 


    oleh konselor agama kepada manusia yang mengalami masalah dalam hidup 


    keberagamaan,   ingin   mengembangkan   dimensi   dan   potensi   keberagamaanya 


    seoptimal     mungkin,    baik  secara   individu   maupun     kelompok    agar   menjadi 


    manusia   yang   mandiri   dan   dewasa   dalam   beragama,   melalui   berbagai   jenis 


    kegiatan dan layanan pendukung berdasarkan keimanan dan ketaqwaan yang 


    terdapat dalam Alquran dan Hadist ( Yahya, 2004 :  108 ). 


             Anak   –   anak   pada   tingkat   usia   SMP   telah   memasuki   pubertas   yang 


    oleh para ahli psikologi seperti Rumke, R. Cassimir dan sebagainya dianggap 






                                                                                             


    masa   usia   di   mana   perasaan   keagamaan   mulai   terbentuk   dalam   pribadinya. 


    Masa   pubertas   tersebut   dialami   oleh   mereka   sebagai   permulaan   timbulnya 


    sturn    und   drang    (kegoncangan      batin)  yang    sangat   memerlukan      tempat 


    perlindungan      jiwa   yang    mampu     memberikan       pengarahan     positif  dalam 


    perkembangan hidup selanjutnya. 


             Dari pengertian-pengertian istilah di atas, maka yang penulis maksud 


    dari   judul   keseluruhan   dalam   skripsi   ini   adalah   mengetahui   penerapan   dan 


    pelaksanaan   bimbingan   dan   konseling   Islami   dan   hambatan   yang   terjadi   di 


    SMP Muhammadiyah 4 Surakarta. 


3.  Rumusan Masalah 


             Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas penulis ingin 


    merumuskan permasalahan sebagai berikut : 


     1.  Bagimanakah       pelaksanaan    /  penerapan    bimbingan    konseling    Islami   di 


         SMP Muhammadiyah 4 Surakarta ? 


4.  Tujuan Dan Manfaat Penelitian 


             Adapun tujuan yang akan dicapai peneliti adalah : 


     1.  Mengetahui        pelaksanaan       bimbingan      dan     konseling      di    SMP 


         Muhammadiyah 4 Surakarta. 


             Manfaat Penelitian 


             Untuk   meningkatkan   kualitas   pelaksanaan   bimbingan   konseling   yang 


    Islami di SMP Muhammadiyah 4 Surakarta. 


                                                                                             


5.  Kajian Pustaka 


             Johan     Wijaya    (1988)    dalam    bukunya     yang    berjudul   Psikologi 


    Bimbingan Konseling. Bimbingan konseling merupakan bagian dari program 


    bimbingan di sekolah sebagai salah satu jenis pelayanan bimbingan konseling 


    yang   tidak   dapat   dilaksanakan   dengan   baik   tanpa   jalinan   yang   erat,   dengan 


    pelayanan     bimbingan     lainya.  Peran   konseling   dalam    proses   bimbingan    di 


    sekolah tergantung pada beberapa faktor yaitu : 


    1.  Tafsiran konseling sebagai suatu kegiatan profesional 


    2.  Keadaan   konselor   yang   ditugaskan   di   sekolah   yang   bersangkutan   dalam 


        orientasi profesional dan mutu kerja 


    3.  Bantuan dan kerjasama antara semua anggota staff dan guru sekolah dan 


        yang bersangkutan. 


             Arifin,   (1976   )   dalam   bukunya   yang   berjudul  Pokok-Pokok   Pikiran 


    Tentang     Bimbingan     dan   Penyuluhan     Agama,    tidak   mendefinisikan     secara 


    khusus tentang kesulitan rohaniah,tetapi hanya memberikan gambaran bahwa 


    bimbingan dan konseling islam adalah membantu seseorang atau klien(dalam 


    hal ini siswa) dalam membantu pemberian kecerahan batin sesuai dengan jiwa 


    dan ajaran agama. Maka dengan demikian, terbimbing perlu di beri  ”insight” 


    (kemampuan melihat rangkaian problema yang dihadapi) sebab ia menderita 


    penyakit kejiwaan  (mental ielness) yang   mengganggu ketenangan kehidupan 


    rohaniahnya dan sebagainya. 


             Aunur Rahim Faqih (2001) dalam bukunya Bimbingan dan Konseling 


    dalam     Islam,    menjelaskan     manusia    memerlukan       pemenuhan      kebutuhan 


                                                                                            


rohaniah dalam arti psikologis. Seperti telah diketahui, manusia di anugerahi 


kemampuan   rohaniah   (psikologis)   pendengaran,penglihatan   dan   kalbu,   atau 


kemampuan   cipta   rasa   dan   karsa.   Secara   luas   untuk   hidup   bahagia,   manusia 


memerlukan keadaan mental psikologis yang baik (selaras, seimbang). 


         Dalam kehidupan nyata, baik karna faktor internal maupun eksternal, 


apa yang diperlukan manusia bagi psikologisnya itu bisa tidak terpenuhi atau 


dicari   dengan   cara   yang   tidak   selaras   dengan   ketentuan   dan   petunjuk   Alloh. 


Dalam      kehidupan     akan   muncul     rasa  ketakutan    yang    tergolong    berkaitan 


dengan   segi   psikologis.   Disisi   lain,   kondisi   psikologis   manusia   pun   (sifat, 


sikap) ada juga yang lemah dan memiliki kekurangan. 


         Handoko (UMS, 2007) Fungsi BK Islami dalam Meningkatkan Minat 


Belajar Siswa di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta menyimpulkan bimbingan 


konseling   Islami     di   SMP   Muhammadiyah   1   Surakarta   dalam   menjalankan 


aktifitasnya bekerjasama dengan guru pendidikan agama Islam, dengan materi 


akhlakul   karimah.   Dengan   demikian   bimbingan   dan   konseling   Islami   lebih 


menekankan pada pembinaan akhlak siswa agar menjadi siswa yang taat pada 


agama 


         Erwin kurniawan (UMS, 2009) dalam skripsinya yang                 berjudul Peran 


Guru     Pamong      Dalam     Bimbingan     Dan    Konseling     Islami   Di   SMP    Islam 


Terpadu At- Taqwa Miri Sragen, menyimpulkan bahwa proses bimbingan dan 


konseling   Islami   yang   dilakukan   oleh   guru   telah   berjalan   dengan   baik   dan 


maksimal. Hal ini bisa dilihat dengan sedikitnya para siswa yang mengalami 


kesulitan   belajar   dan   banyaknya   siswa   yang   sadar   untuk   beribadah   kepada 






                                                                                               


    Alloh      dan    telah    mengaplikasikan        akhlak–akhlak       mulia     serta   dapat 


    menyelesaikan masalah pribadinya. 


             Jadi   di   sini   jelas   berbeda   dengan  yang   penulis   bahas,   karena   penulis 


    akan      membahas       tentang    penerapan      bimbingan      dan    konseling     Islami. 


     Sedangkan   yang   dibahas   oleh   saudara   Handoko   tentang   fungsi   BK   Islami 


    dalam meningkatkan minat belajar siswa. Adapun yang dibahas oleh saudara 


    Erwin   Kurniawan   tentang   peran   guru   pamong   dalam   bimbingan   konseling 


    Islami 


             Oleh   sebab   itu   dapat   disimpulkan   bahwa   bimbingan   dan   konseling 


    Islami diperlukan untuk membantu manusia agar dalam memenuhi kebutuhan 


    psikologisnya dapat senantiasa selaras dengan ketentuan petunjuk Alloh Swt. 


6.  Metode Penelitian 


             Usaha   untuk   melakukan   sebuah   penelitian,   diperlukan   suatu   metode 


    yang tersusun secara sistematis dengan tujuan agar data yang diperoleh valid 


    sehingga penelitian ini layak untuk diuji kebenaranya. 


    Jenis penelitian 


             Penelitian     ini  termasuk    penelitian   lapangan   (Field    Research),   yaitu 


      suatu   penelitian   untuk    mempelajari     secara   intensif  tentang    latar  belakang 


      sekarang dan lingkungan suatu unit, sosial, individu, kelompok, dan lembaga 


     kemasyarakatan (Suryabrata, 1993:           23). 


             Pendekatan yang penulis gunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah 


     pendekatan   kualitatif.   Menurut   (Moloeng,   1995:        65)   pendekatan   kualitatif 




                                                                                      


 yaitu penelitian yang prosedurnya menghasilkan data deskriptif berupa kata – 


 kata tertulis atau lisan dari orang – orang dan pelaku yang di amati. 


 1) Sumber Data 


         Untuk   memudahkan   penulis        memperoleh   data   dalam   penelitian   ini, 


 maka penulis memerlukan sumber data. Yang dimaksud dengan sumber data 


 dalam   penelitian   ini   adalah   subjek   dimana   data   diperoleh   (Arikunto,   1993: 


 114 ). 


 a.  Data Primer 


    Siswa   –   siswi   SMP   Muhammadiyah   4   Surakarta   dengan   jumlah   sampel 


    yang     dipakai   dalam    penelitian   36   siswa,    guru    tenaga    dan   petugas 


    bimbingan dan konseling. Merekalah yang menjadi subjek dan responden 


    dalam penelitian ini . 


 b.  Data Sekunder 


    Data   sekunder   disini   mencakup   kepala  sekolah,   tenaga   administrasi,   dan 


    dokumentasi sekolah 


2)  Metode pengumpulan data 


         Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan beberapa metode 


     1.  Metode interview 


                Interview     yang   sering   juga   disebut   sebagai   wawancara      atau 


         kuisioner lisan adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara 


         untuk memperoleh informasi dari terwawancara (Arikunto, 1999: 145). 


                Interview     adalah    metode    tanya    -  jawab   untuk    menyelidiki 


         pengalaman,      perasaan,    motif   serta  motivasi.   Metode     interview    ini 






                                                                                


    penulis gunakan untuk   mengetahui tentang penerapan bimbingan dan 


    konseling Islami di SMP Muhammadiyah 4 Surakarta. 


            Adapun   dalam   pelaksanaanya,   penulis   menggunakan   interview 


    terpimpin.      Artinya    dalam     pelaksanaan     interview,    pewawancara 


    membawa pedoman yang hanya merupakan garis–garis besar tentang 


    hal-    hal  yang    akan   ditanyakan    tentang    bentuk   pelaksanaan     dari 


    penerapan      bimbingan    konseling    Islami   di  SMP    Muhammadiyah        4 


    Surakarta. 


2.  Metode  Observasi 


            Metode   observasi   adalah   metode   yang   dilakukan   dengan   cara 


    pengamatan atau pencatatan dengan sistematis tentang fenomena yang 


    diselidiki.   Seperti   yang   dikatakan   Suharsimi   Arikunto   (   1999:   131), 


    bahwa      observasi   disebut   pula   dengan    pengamatan      yang   meliputi 


    kegiatan    pemusatan     perhatian   terhadap   objek   dengan    menggunakan 


    seluruh     indera.   Metode     ini   digunakan     untuk    mengetahui     letak 


    geografis atau posisi sekolah SMP Muhammadiyah 4 Surakarta. 


3.  Metode Dokumentasi 


            Dokumentasi       yaitu  setiap   bahan   tertulis  ataupun    film,  baik 


    dokumen       resmi   maupun     pribadi  (S.Nasution,1998:85).      Metode     ini 


    digunakan      untuk    memperoleh      data  sebagai    pelengkap     data  yang 


    diperoleh dari hasil wawancara. 


4.  Metode Angket 




                Metode      angket    adalah    sejumlah    pertanyaan     tertulis  yang 


         digunakan     untuk   memperoleh      informasi   dari  responden     dalam   arti 


         laporan   tentang   pribadinya    atau  hal-  hal  yang   diketahui   (Arikunto, 


         1992:   124).   Angket   dapat   dibedakan   dua   jenis   dipandang   dari   cara 


        menjawab : 


         a.  Angket terbuka: adalah angket yang memberi kesempatan kepada 


             responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri 


        b.   Angket   tertutup: adalah   angket   yang   sudah   disediakan   jawabanya 


             sehingga responden tinggal memilih. 


                Dalam  penelitian   ini   menggunakan   angket   tertutup,   metode   ini 


         digunakan   untuk   memperoleh   data   tentang   penerapan   bimbingan   dan 


        konseling Islami di SMP Muhammadiyah 4 Surakarta 


3)  Metode Analisis Data 


        Data yang diperoleh melalui pengumpulan data masih merupakan data 


 yang   mentah.   Untuk   menjadikan   data   yang   masih   mentah   tersebut   menjadi 


 matang dan dapat dipertanggung jawabkan kebenaranya, perlu diolah dengan 


 beberapa     metode.     Dalam    penelitian    ini  penulis   menggunakan       metode 


 kualitatif.    Dengan      menganalisa      data-data     yang    terkumpul      peneliti 


 menggunakan metode analisis non statistik, yaitu dengan cara berfikir : 


 a.  Induktif:   Metode   induktif   merupakan   metode   pembahasan   masalah   yang 


     bertolak    dari   pengumpulan     fakta   suatu  masalah,   kemudian    fakta-fakta 


     yang     senada   diambil    konklusinya     untuk    dijadikan   standar.   Metode 


     induktif adalah metode pembahasan masalah yang berangkat dari fakta - 




          fakta      atau    peristiwa-peristiwa      yang    khusus     dan   kongkrit     itu 


          digeneralisasikan yang mempunyai sifat umum (Sutrisno, 1993: 42). 


     b.  Deduktif:    Metode    deduktif   adalah   metode    yang   berpangkal    dari  suatu 


         proposisi     umum     yang   sebenarnya    telah   diketahui   atau  diyakini    dan 


         berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih 


         khusus (Kusdiyanto,1997:10). 


7.   Sistematika pembahasan 


             Bab 1 Pendahuluan, Mengemukakan tentang latar belakang, penegasan 


    istilah, fungsi bimbingan konseling Islami, faktor-faktor bimbingan konseling 


    Islami 


             Bab     2  Bimbingan      Konseling     Islami,    Memuat     tentang    definisi 


    bimbngan       konseling    Islami,    bimbingan     dan    konseling    Islami,    fungsi 


    bimbingan      konseling    Islami,  faktor  –  faktor   bimbingan    konseling    Islami, 


    penerapan bimbingan konseling Islami 


             Bab    3  Gambaran      Umum   Sekolah      dan   Penerapan    Bimbingan     Dan 


    Konseling Islami Di SMP Muhammadiyah 4 Surakarta 


             Bab ini berisi tentang 


             A.   Gambaran     umum     SMP    Muhammadiyah        4  Surakarta   mencakup: 


    letak   geografis,   keadaaan   siswa,   keadaan   pengajar,   struktur   organisasi   SMP 


    Muhammadiyah 4 surakarta 




        B.  Bimbingan    dan  konseling  di  SMP  Muhammadiyah     4  Surakarta 


struktur organisasi BK, program kerja BK, fungsi BK, hambatan serta usaha - 


usaha dan hasil yang dicapai . 


        Bab 4 Analisis Data 


        Bab 5 Penutup mencakup kesimpulan dan saran